Senin, 07 Mei 2018

PRINSIP KEPEMIMPINAN YAKOBUS: (Yakobus 4:13-17)


I.                   Pendahuluan
Surat Yakobus merupakan surat yang dikirimkan kepada jemaat umum. Berbeda dengan Paulus yang menuliskan suratnya kepada jemaat-jemaat tertentu, tidak halnya dengan Yakobus. Keterangan kepada siapa Yakobus menuliskan suratnya hanya ada pada pasal 1:1 yakni “kedua belas suku di perantauan”. Banyak pandangan yang diberikan oleh para ahli terkait siapa mereka ini, namun hal tersebut tidak menjadi fokus di dalam karya tulis ini. Yang menjadi sorotan ialah bagaimana bentuk kepemimpinan Yakobus, yang sekalipun ia tidak bertemu secara langsung dengan orang yang dipimpinnya, namun pada akhirnya melalui suratnya ini banyak yang menjadi pengikutnya (pengikut ajaran Kristen).
Selain itu, pandangan tradisi meyakini bahwa Yakobus adalah pemimpin Gereja Yerusalem. Hegesippus, seorang sejarawan mula-mula, berkata bahwa Yakobus merupakan uskup pertama dari Gereja Yerusalem. Meski masih banyak anggapan lainnya, namun dapat dipastikan bahwa Yakobus memiliki relasi dengan Yesus (Mrk. 6:3; Mat. 13:55; Kis. 1:14; 1 Kor. 15). Khususnya, peristiwa Yesus menemui Yakobus setelah kebangkitan, telah mengubah ia menjadi hamba-Nya seumur hidup bahkan mati sebagai martir.[1] Melalui latar belakang Yakobus tersebut, maka ada beberapa prinsip terkait kepemimpinan yang dapat ditemukan di dalam diri Yakobus melalui surat yang ia tuliskan.
II.                Prinsip Kepemimpinan Yakobus dalam Yakobus 4:13-17
Perikop ini menuliskan teguran atau nasehat yang disampaikan Yakobus kepada para pembacanya. Hal tersebut dikarenakan, ada hal menyimpang yang dilakukan oleh jemaat tersebut, yakni di tengah-tengah kesuksesan hidup, seringkali membuat mereka jatuh kepada cara hidup yang tidak melibatkan Tuhan dalam banyak hal. Namun, di dalam karya tulis ini tidak akan membahas apa isi teguran Yakobus tersebut, melainkan membahas seperti apa bentuk teguran atau nasehat yang diberikan Yakobus yang berkaitan dengan prinsip kepemimpinan.
a.       Menyampaikan sesuatu sesuai dengan realitas (ay.13-14a)
Di dalam tulisannya, Barclay menuliskan bahwa orang-orang Yahudi pada masa kepemimpinan Yakobus adalah orang-orang yang mayoritas pedagang yang besar. Sehingga dalam banyak cara mereka telah diberikan berbagai kesempatan untuk menjalankan kemampuan berdagang mereka.[2] Pergi ke berbagai tempat bukanlah kegiatan yang jarang mereka lakukan. Dalam hal seperti inilah, Yakobus melihat bahwa seringkali oleh karena kemampuan yang dimiliki, membuat mereka sering pada saat melakukan perencanaan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehingga tak jarang lupa untuk melibatkan Tuhan di dalamnya.
Di dalam ayat 13 cara kepemimpinan yang Yakobus gunakan ialah ketika ia menuliskan “hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, penulis melihat bahwa Yakobus berusaha untuk mengulang atau mengungkapkan kembali apa yang sering diucapkan oleh orang-orang yang mengucapkan hal tersebut ketika merancangkan sesuatu, atau dengan kata lain ia melihat realitas yang ada. Penting bagi seorang pemimpin, ketika hendak menyampaikan suatu teguran atau nasehat atau gagasan, melihat terlebih dahulu realitas yang ada. Sebuah pernyataan yang diucapkan tidak akan bernilai tanpa melihat seperti apa keadaan/realitas yang terjadi.
b.      Menyampaikan pertanyaan dan pernyataan yang bersifat retorik (Ay.14b)
Hal yang menarik terkait bagaimana cara Yakobus menegur jemaatnya ialah dengan menggunakan pertanyaan dan pernyataan dalam bentuk retorik. Perlu bagi seorang pemimpin di dalam menyampaikan sesuatu gagasan menggunakan cara yang menarik dan bersifat reflektif bagi pembaca. Terlebih khusus, pembaca surat Yakobus ini sendiri tidak secara langsung bertemu dengannya. Pertanyaan “apakah arti hidupmu?” tentulah sebagai orang yang telah menerima Kristus, pertanyaan tersebut tidak asing lagi. Sebagai orang-orang yang telah menerima Kristus, tentu saja harus mengetahui pula apa makna hidupnya setelah ia menjadi pengikut-Nya. Pertanyaan ini memperlihatkan sebuah teguran dalam bentuk pertanyaan yang reflektif, artinya tidak untuk dijawab melainkan direnungkan. Hal tersebut sangat diperlukan pada saat seorang pemimpin menyampaikan gagasannya. Perkataannya tidak hanya menyentuh akal tetapi juga perasaan para pengikutnya.
Selain pertanyaan retorika, Yakobus juga menggunakan kalimat khiasan dalam menyampaikan tegurannya, yakni “Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Seorang pemimpin harus cerdas pula dalam menggunakan kata-kata untuk menyampaikan sesuatu. Menggunakan kalimat pengandaian juga salah satu bentuk pernyataan yang mengundang para pendengar atau pembaca kembali merefleksikan apa yang ditegur oleh pemimpin tersebut. Bentuk kalimat khiasan dapat membantu pemimpin untuk menyampaikan atau mengungkapkan apa yang tidak dapat atau sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa.
c.       Memberi Solusi dari Kekeliruan yang ada (Ay.15)
Di dalam menyampaikan tegurannya, seorang pemimpin hendaknya menyampaikan pula solusi atau jawaban atas permasahan yang terjadi. Yakobus selain menegur para pembacanya, ia juga menuliskan solusi dari kekeliruan yang ada, yakni dengan mengatakan “Sebenarnya kamu harus berkata”. Dengan kata lain, ia memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan pada kenyataannya adalah kebalikan dari yang seharusnya.
d.      Menegaskan Point Utama dalam gagasannya (Ay.15)
Selain itu kalimat “jika Tuhan menghendakinya” berarti ketika membuat rencana dan tujuan untuk masa depan, orang percaya harus selalu mempertimbangkan Allah dan kehendak-Nya. Mencari kehendak-Nya merupakan prinsip yang paling utama dalam kepemimpinan. Melalui kisah hidupnya, Yakobus memperlihatkan bahwa ia dalam segala situasi hidupnya selalu melibatkan Tuhan dan berupaya mencari kehendakNya. Oleh karena itu ia meminta kepada pembacanya untuk berlaku demikian.
e.       Tegas dalam menyatakan apa yang salah dan benar (Ay.16)
Kepemimpinan Yakobus lainnya yang dapat dilihat ialah ia berlaku tegas dalam menyatakan apa yang salah dan benar. “Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu,” dalam kalimat ini dapat menggambarkan ketegasan Yakobus dalam menegur pembacanya. Tidaklah mudah untuk bertindak tegas dalam menegur kesalahan orang lain, namun prinsip ini harus dimiliki pula oleh seorang pemimpin. Selain itu Yakobus berani dengan lugas menyatakan “dan semua kemegahan yang demikian adalah salah”. Memegahkan diri atas keberhasilan yang kita peroleh merupakan pemikiran yang salah, oleh karena didasarkan pada anggapan bahwa apa saja yang kita capai itu adalah hasil kekuatan kita sendiri, bukan oleh pertolongan Tuhan. Krisis seperti inilah yang Yakobus lihat terjadi kepada para pembacanya. Yakobus sebagai pemimpin tidak ragu untuk menyatakan bahwa pemikiran yang ada pada jemaat/pembacanya adalah salah.
f.        Adanya Inti yang sarat makna dalam mengakhiri gagasan (Ay. 17)
Tulisannya dalam ay.17 merupakan peringatan penutup yang diberikan Yakobus kepada para pembacanya, terutama para pedagang yang terlalu percaya diri. Mereka adalah orang Kristen. Karena itu mereka tentulah mengetahui ajaran tentang kerendahan hati dan ketergantungan kepada Allah merupakan hal yang utama dalam kehidupan seorang Kristen.[3] Prinsip kepemimpinan Yakobus dalam ayat ini ialah menyimpulkan sebuah gagasan dalam sebuah kalimat yang singkat, padat, dan jelas. Seorang pemimpin perlu untuk memperhatikan hal ini terutama dalam menyampaikan sesuatu, yakni memberi kesimpulan yang sarat akan makna. Tidak perlu bertele-tele, melainkan tepat pada sasaran dan point utamanya.
III.             Relevansi Bagi Kepemimpinan Gereja Masa Kini
Prinsip kepemimpinan yang dimiliki Yakobus dalam tulisannya, dapat pula menjadi refleksi bagi gereja masa kini. Para pemimpin gereja, khususnya para hamba Tuhan, dapat meneladani Yakobus dalam tulisannya yang berwibawa. Setidaknya ada 6 prinsip kepemimpinan Yakobus dalam teks Yak. 4:13-17 yang dapat menjadi teladan pemimpin gereja masa kini, terutama terkait seorang pemimpin dalam menyampaikan gagasan-gagasannya.
Di dalam gereja pasti selalu saja ada kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki, baik itu dari jemaat maupun pemimpin gereja itu sendiri. Tak jarang krisis yang terjadi oleh pembaca surat Yakobus terjadi pula dalam kehidupan bergereja masa kini, yakni sikap yang tidak melibatkan Tuhan dalam banyak perkara. Kesuksesan dapat menjatuhkan seseorang kepada sikap sombong dan tinggi hati. Hal seperti inilah yang harus pula menjadi sorotan gereja.
Menegur seseorang tidaklah mudah bagi seorang pemimpin, tetapi itu harus, demi kebaikan. Oleh karena itu, ada beberapa strategi menegur yang juga merupakan prinsip kepemimpinan yang harus diperhatikan oleh pemimpin gereja. Yakni mengetahui realitas apa yang terjadi dalam jemaat, mengemukakan apa yang seharusnya, dan memberikan inti yang sarat makna. Layaknya Yesus, yang menjadi  teladan Yakobus, para pemimpin gereja pun juga harus demikian, yaitu tegas dan berani dalam menyampaikan apa yang benar dan salah, yang seturut dengan kehendak dan firman Tuhan.
IV.             Penutup
Tidak dapat dipungkiri, selain kehidupannya, apa yang diucapkan dan yang keluar dari mulut seseorang menjadi unsur utama penilaian orang-orang terhadap jiwa kepemimpinan seseorang. Maka tak jarang terdengar kalimat “apa yang diucapkan seseorang, menggambarkan seseorang itu”. Ucapan adalah bagian yang memiliki peran paling besar dalam kehidupan seseorang. Melalui ucapan seseorang bisa termotivasi, bersemangat, menyadari kesalahan, dan menjadi optimis. Namun melalui ucapan juga seseorang bisa patah semangat, melakukan kesalahan, putus asa, dan pesimis. Seorang pemimpin harus memerhatikan ucapannya.
Prinsip kepemimpinan Yakobus dapat dilihat melalui apa yang ia ucapkan atau tuliskan. Tulisan Yakobus dapat dikatakan berwibawa, oleh karena sekalipun para pembacanya tidak bertemu dengan ia secara langsung, namun melalui tulisannya, Yakobus dapat memimpin para pembacanya. Hal tersebut pulalah yang harus diperhatikan oleh para pemimpin gereja masa kini. Apakah kepemimpinan di dalam gereja telah memiliki – setidaknya – prinsip kepemimpinan yang tergambar dalam diri Yakobus, atau belum sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Yakobus, 1&2 Petrus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011).
Tafsiran Elektronik 1.2.0


[1] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Yakobus, 1&2 Petrus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 13-15.
[2] Ibid, 182.
[3] Tafsiran Elektronik 1.2.0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar