I.
Pendahuluan
Surat Yakobus merupakan surat yang dikirimkan kepada
jemaat umum. Berbeda dengan Paulus yang menuliskan suratnya kepada
jemaat-jemaat tertentu, tidak halnya dengan Yakobus. Keterangan kepada siapa
Yakobus menuliskan suratnya hanya ada pada pasal 1:1 yakni “kedua belas suku di
perantauan”. Banyak pandangan yang diberikan oleh para ahli terkait siapa
mereka ini, namun hal tersebut tidak menjadi fokus di dalam karya tulis ini.
Yang menjadi sorotan ialah bagaimana bentuk kepemimpinan Yakobus, yang sekalipun
ia tidak bertemu secara langsung dengan orang yang dipimpinnya, namun pada
akhirnya melalui suratnya ini banyak yang menjadi pengikutnya (pengikut ajaran
Kristen).
Selain itu, pandangan tradisi meyakini bahwa Yakobus
adalah pemimpin Gereja Yerusalem. Hegesippus, seorang sejarawan mula-mula,
berkata bahwa Yakobus merupakan uskup pertama dari Gereja Yerusalem. Meski
masih banyak anggapan lainnya, namun dapat dipastikan bahwa Yakobus memiliki
relasi dengan Yesus (Mrk. 6:3; Mat. 13:55; Kis. 1:14; 1 Kor. 15). Khususnya,
peristiwa Yesus menemui Yakobus setelah kebangkitan, telah mengubah ia menjadi
hamba-Nya seumur hidup bahkan mati sebagai martir.[1]
Melalui latar belakang Yakobus tersebut, maka ada beberapa prinsip terkait
kepemimpinan yang dapat ditemukan di dalam diri Yakobus melalui surat yang ia
tuliskan.
II.
Prinsip Kepemimpinan Yakobus dalam Yakobus 4:13-17
Perikop ini menuliskan teguran atau
nasehat yang disampaikan Yakobus kepada para pembacanya. Hal tersebut
dikarenakan, ada hal menyimpang yang dilakukan oleh jemaat tersebut, yakni di
tengah-tengah kesuksesan hidup, seringkali membuat mereka jatuh kepada cara
hidup yang tidak melibatkan Tuhan dalam banyak hal. Namun, di dalam karya tulis
ini tidak akan membahas apa isi teguran Yakobus tersebut, melainkan membahas
seperti apa bentuk teguran atau nasehat yang diberikan Yakobus yang berkaitan
dengan prinsip kepemimpinan.
a. Menyampaikan
sesuatu sesuai dengan realitas (ay.13-14a)
Di dalam tulisannya, Barclay menuliskan
bahwa orang-orang Yahudi pada masa kepemimpinan Yakobus adalah orang-orang yang
mayoritas pedagang yang besar. Sehingga dalam banyak cara mereka telah
diberikan berbagai kesempatan untuk menjalankan kemampuan berdagang mereka.[2]
Pergi ke berbagai tempat bukanlah kegiatan yang jarang mereka lakukan. Dalam
hal seperti inilah, Yakobus melihat bahwa seringkali oleh karena kemampuan yang
dimiliki, membuat mereka sering pada saat melakukan perencanaan memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, sehingga tak jarang lupa untuk melibatkan Tuhan
di dalamnya.
Di dalam ayat 13 cara kepemimpinan yang
Yakobus gunakan ialah ketika ia menuliskan “hari
ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal
setahun dan berdagang serta mendapat untung”, penulis melihat bahwa Yakobus
berusaha untuk mengulang atau mengungkapkan kembali apa yang sering diucapkan
oleh orang-orang yang mengucapkan hal tersebut ketika merancangkan sesuatu,
atau dengan kata lain ia melihat realitas yang ada. Penting bagi seorang
pemimpin, ketika hendak menyampaikan suatu teguran atau nasehat atau gagasan,
melihat terlebih dahulu realitas yang ada. Sebuah pernyataan yang diucapkan tidak
akan bernilai tanpa melihat seperti apa keadaan/realitas yang terjadi.
b.
Menyampaikan
pertanyaan dan pernyataan yang bersifat retorik (Ay.14b)
Hal yang menarik terkait bagaimana cara
Yakobus menegur jemaatnya ialah dengan menggunakan pertanyaan dan pernyataan
dalam bentuk retorik. Perlu bagi seorang pemimpin di dalam menyampaikan sesuatu
gagasan menggunakan cara yang menarik dan bersifat reflektif bagi pembaca.
Terlebih khusus, pembaca surat Yakobus ini sendiri tidak secara langsung
bertemu dengannya. Pertanyaan “apakah
arti hidupmu?” tentulah sebagai orang yang telah menerima Kristus,
pertanyaan tersebut tidak asing lagi. Sebagai orang-orang yang telah menerima
Kristus, tentu saja harus mengetahui pula apa makna hidupnya setelah ia menjadi
pengikut-Nya. Pertanyaan ini memperlihatkan sebuah teguran dalam bentuk
pertanyaan yang reflektif, artinya tidak untuk dijawab melainkan direnungkan.
Hal tersebut sangat diperlukan pada saat seorang pemimpin menyampaikan
gagasannya. Perkataannya tidak hanya menyentuh akal tetapi juga perasaan para
pengikutnya.
Selain pertanyaan retorika, Yakobus juga
menggunakan kalimat khiasan dalam menyampaikan tegurannya, yakni “Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar
saja kelihatan lalu lenyap.” Seorang pemimpin harus cerdas pula dalam
menggunakan kata-kata untuk menyampaikan sesuatu. Menggunakan kalimat
pengandaian juga salah satu bentuk pernyataan yang mengundang para pendengar
atau pembaca kembali merefleksikan apa yang ditegur oleh pemimpin tersebut.
Bentuk kalimat khiasan dapat membantu pemimpin untuk menyampaikan atau
mengungkapkan apa yang tidak dapat atau sulit diungkapkan dengan kata-kata
biasa.
c.
Memberi Solusi
dari Kekeliruan yang ada (Ay.15)
Di dalam menyampaikan tegurannya, seorang
pemimpin hendaknya menyampaikan pula solusi atau jawaban atas permasahan yang
terjadi. Yakobus selain menegur para pembacanya, ia juga menuliskan solusi dari
kekeliruan yang ada, yakni dengan mengatakan “Sebenarnya kamu harus berkata”. Dengan kata lain, ia
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan pada kenyataannya adalah kebalikan
dari yang seharusnya.
d.
Menegaskan Point
Utama dalam gagasannya (Ay.15)
Selain itu kalimat “jika Tuhan menghendakinya” berarti ketika membuat rencana dan
tujuan untuk masa depan, orang percaya harus selalu mempertimbangkan Allah dan
kehendak-Nya. Mencari kehendak-Nya merupakan prinsip yang paling utama dalam
kepemimpinan. Melalui kisah hidupnya, Yakobus memperlihatkan bahwa ia dalam
segala situasi hidupnya selalu melibatkan Tuhan dan berupaya mencari kehendakNya.
Oleh karena itu ia meminta kepada pembacanya untuk berlaku demikian.
e.
Tegas dalam
menyatakan apa yang salah dan benar (Ay.16)
Kepemimpinan Yakobus lainnya yang dapat
dilihat ialah ia berlaku tegas dalam menyatakan apa yang salah dan benar. “Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam
congkakmu,” dalam kalimat ini dapat menggambarkan ketegasan Yakobus dalam
menegur pembacanya. Tidaklah mudah untuk bertindak tegas dalam menegur
kesalahan orang lain, namun prinsip ini harus dimiliki pula oleh seorang
pemimpin. Selain itu Yakobus berani dengan lugas menyatakan “dan semua kemegahan yang demikian adalah
salah”. Memegahkan diri atas keberhasilan yang kita peroleh merupakan
pemikiran yang salah, oleh karena didasarkan pada anggapan bahwa apa saja yang
kita capai itu adalah hasil kekuatan kita sendiri, bukan oleh pertolongan
Tuhan. Krisis seperti inilah yang Yakobus lihat terjadi kepada para pembacanya.
Yakobus sebagai pemimpin tidak ragu untuk menyatakan bahwa pemikiran yang ada
pada jemaat/pembacanya adalah salah.
f.
Adanya Inti yang
sarat makna dalam mengakhiri gagasan (Ay. 17)
Tulisannya dalam ay.17 merupakan
peringatan penutup yang diberikan Yakobus kepada para pembacanya, terutama para
pedagang yang terlalu percaya diri. Mereka adalah orang Kristen. Karena itu
mereka tentulah mengetahui ajaran tentang kerendahan hati dan ketergantungan
kepada Allah merupakan hal yang utama dalam kehidupan seorang Kristen.[3]
Prinsip kepemimpinan Yakobus dalam ayat ini ialah menyimpulkan sebuah gagasan
dalam sebuah kalimat yang singkat, padat, dan jelas. Seorang pemimpin perlu
untuk memperhatikan hal ini terutama dalam menyampaikan sesuatu, yakni memberi
kesimpulan yang sarat akan makna. Tidak perlu bertele-tele, melainkan tepat
pada sasaran dan point utamanya.
III.
Relevansi Bagi Kepemimpinan Gereja Masa Kini
Prinsip kepemimpinan yang dimiliki Yakobus dalam
tulisannya, dapat pula menjadi refleksi bagi gereja masa kini. Para pemimpin
gereja, khususnya para hamba Tuhan, dapat meneladani Yakobus dalam tulisannya
yang berwibawa. Setidaknya ada 6 prinsip kepemimpinan Yakobus dalam teks Yak.
4:13-17 yang dapat menjadi teladan pemimpin gereja masa kini, terutama terkait
seorang pemimpin dalam menyampaikan gagasan-gagasannya.
Di dalam gereja pasti selalu saja ada
kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki, baik itu dari jemaat maupun pemimpin
gereja itu sendiri. Tak jarang krisis yang terjadi oleh pembaca surat Yakobus
terjadi pula dalam kehidupan bergereja masa kini, yakni sikap yang tidak
melibatkan Tuhan dalam banyak perkara. Kesuksesan dapat menjatuhkan seseorang
kepada sikap sombong dan tinggi hati. Hal seperti inilah yang harus pula
menjadi sorotan gereja.
Menegur seseorang tidaklah mudah bagi seorang
pemimpin, tetapi itu harus, demi kebaikan. Oleh karena itu, ada beberapa
strategi menegur yang juga merupakan prinsip kepemimpinan yang harus
diperhatikan oleh pemimpin gereja. Yakni mengetahui realitas apa yang terjadi
dalam jemaat, mengemukakan apa yang seharusnya, dan memberikan inti yang sarat
makna. Layaknya Yesus, yang menjadi teladan
Yakobus, para pemimpin gereja pun juga harus demikian, yaitu tegas dan berani
dalam menyampaikan apa yang benar dan salah, yang seturut dengan kehendak dan
firman Tuhan.
IV.
Penutup
Tidak dapat dipungkiri, selain kehidupannya, apa yang
diucapkan dan yang keluar dari mulut seseorang menjadi unsur utama penilaian
orang-orang terhadap jiwa kepemimpinan seseorang. Maka tak jarang terdengar
kalimat “apa yang diucapkan seseorang, menggambarkan seseorang itu”. Ucapan
adalah bagian yang memiliki peran paling besar dalam kehidupan seseorang.
Melalui ucapan seseorang bisa termotivasi, bersemangat, menyadari kesalahan,
dan menjadi optimis. Namun melalui ucapan juga seseorang bisa patah semangat,
melakukan kesalahan, putus asa, dan pesimis. Seorang pemimpin harus memerhatikan
ucapannya.
Prinsip kepemimpinan Yakobus dapat dilihat melalui apa
yang ia ucapkan atau tuliskan. Tulisan Yakobus dapat dikatakan berwibawa, oleh
karena sekalipun para pembacanya tidak bertemu dengan ia secara langsung, namun
melalui tulisannya, Yakobus dapat memimpin para pembacanya. Hal tersebut
pulalah yang harus diperhatikan oleh para pemimpin gereja masa kini. Apakah
kepemimpinan di dalam gereja telah memiliki – setidaknya – prinsip kepemimpinan
yang tergambar dalam diri Yakobus, atau belum sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat
Yakobus, 1&2 Petrus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011).
Tafsiran Elektronik 1.2.0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar