Bab 1
PENDAHULUAN
Setelah
kematian raja Salomo, sekitar tahun 930 SM, kerajaan Israel terbagi menjadi
dua. Suku Yehuda dan Benyamin di Selatan tinggal setia kepada raja baru,
Rehabeam, anak Salomo. Suku lainnya di Utara memberontak di bawah kepemimpinan Yerobeam,
salah seorang yang pernah menjadi pasukan Salomo, dan membuat ia menjadi raja
mereka. Sejak saat itu kerajaan Israel Selatan disebut Yehuda, saat kerajaan
Utara tetap disebut Israel. Ada beberapa permasalahan dan kebencian di antara
mereka, salah satunya ialah terkait ritus. Masyarakat Yehuda tetap melaksanakan
ibadah di Yerusalem sebagai tempat sentral ibadah. Namun, masyarakat Israel
melaksanakan ritus di Betel dan Gilgal. Keduanya pun juga terpisahkan karena
perbedaan dunia politik. Israel mengarah ke Utara, dan mencoba menemukan sekutu
di antara negara-negara yang ada. Yehuda mengarah ke Selatan, dan berharap
Mesir menjadi rekan.[1]
Ibu
kota Israel adalah Samaria. Selama masa Amos banyak orang kaya tinggal di sana.
Beberapa dari orang ini mungkin memperoleh kekayaan mereka dengan menyewakan
atau menjual tanah mereka kepada para petani yang bekerja. Yang lainnya adalah
pedagang yang membeli dan menjual hasil pertanian di lereng bukit. Tapi ada
juga orang di Samaria yang sangat miskin. Kemudian mereka berhutang, dan
diperlakukan secara kasar. Raja Israel pada masa Amos ialah Yerobeam II (2 Raj.
14:23-29). Secara politik ia adalah penguasa yang kuat, dan selama masa
pemerintahannya rakyat merasa aman.[2] Ia
berhasil memperluas wilayah kekuasannya dan berhasil hingga pada tapal batas
kerajaan yang pernah dicapai oleh raja Salomo. Pada puncak keemasan inilah
corak hidup Israel berubah menjadi kerajaan yang komersial dan materialistis.
Keadaan seperti ini ikut mengubah perilaku bangsa itu dalam berbagai aspek
kehidupan.[3]
Selain
itu, kemakmuran itu tidak secara merata dirasakan. Hanya sekelompok orang
berkuasa saja yang menikmati kemakmuran dan kemewahan itu. Terjadilah
perpecahan strata sosial menjadi kelas masyarakat elite dan marginal.[4]
Bab II
LATAR BELAKANG
2.1
Penulis
Boland
mengatakan bahwa bagaimana pun juga, kita tidak boleh meganggap bahwa Kitab
Amos, seperti yang ada pada kita sekarang, adalah semata-mata buah pena Amos.
Sedikit-dikitnya ada tiga buah sumber dapat
kita sebutkan: ada bagian-bagian yang berdasarkan catatan-catatan sendiri atau
mungkin yang didiktekan kepada seorang jurutulis; di samping itu mungkin ada
sejumlah orang yang masing-masing telah menghafalkan atau mencatat
perkataan-perkataan atau pokok-pokok tertentu dari nubuat Amos; dan mungkin ada
seorang teman yang telah mencatatkan dengan teliti peristiwa yang terjadi di
Betel (7:10-17).[5]
Bernard
dalam bukunya A Guide to Amos berpendapat
bahwa kita tidak bisa memastikan siapa penulis kitab ini. Sebagian besar ilmuan
berpendapat bahwa tidak mungkin Amos menuliskan segalanya sendiri. Selama Amos
hidup, para pengikutnya mungkin mengingat perkataannya. Kemudian ketika ia
selesai berbicara atau waktu ia telah meninggal, mereka yang mengagumi
nubuatnya ingin mencegah agar tidak terlupakan. Sejumlah orang masing-masing menuliskan
apa yang dikenangnya. Mungkin tulisan-tulisan kecil ini beredar di antara
teman-teman dan pengikut Amos, dan kemudian mereka mengumpulkan tulisan-tulisan
tersebut menjadi sebuah buku.[6] Ia meyakini sewaktu
pembuangan Yehuda ke Babilonia, kitab ini mungkin direvisi kembali, dan
penambahan lebih lanjut dilakukan di Babel. Misalnya dalam 4:13; 5:8, 9; 9:5, 6
dan 9:11-15 ditambahkan pada periode selanjutnya, karena bahasa dan gaya dari
ayat-ayat ini serupa dengan nabi-nabi pada saat itu.[7]
Menurut
James L.Mays kitab Amos sendiri di dalamnya mencakup nubuatan Amos dan penulisan
oleh para pengikut Amos kemudian. Bentuk akhir dari kitab ini adalah hasil dari
proses perumusan yang dicapai dari Amos paling tidak sampai pada masa
pembuangan. Terdapat beberapa indikasi, seperti di dalam 7:11-17 menunjukkan
bahwa ada orang ketiga di dalamnya. Ini menunjukkan pada keberadaan seseorang
atau kelompok yang mengetahui karir Amos.[8]
2.2
Situasi Penulisan
2.2.1 Konteks
Agama
Keadaan
sosial di Samaria mempengaruhi kebiasaan agamawi. Agama tidaklah diabaikan
tetap diputarbalikkan. Di tempat-tempat suci agama nasional (5:5) upacara-upacara
terus dipelihara (4:4-5), tetapi hal ini diadakan bergandengan dengan sifat
kefasikan yang tak mengenal Allah dan menyalahi kesusilaan, justru ritus ini
harus dibasmi, bukan diperbaharui (3:14; 7:9; 9:1-4). Sesungguhnya ini bukanlah
penyembahan kepada Allah, tetapi pendurhakaan (4:4). Allah tidak akan ditemukan
di tempat-tempat suci yang demikian (5:21-23); sebab Allah tidak menerima
ibadah seperti ini; sesungguhnya persembahan ini ditunjukkan kepada ilah lain
(8:14). Lagipula upacara yang serba mewah dan korban-korban yang mahal itu
dipersembahkan dengan biaya kaum miskin (2:8; 5:11). [9]
Upacara
agama bangsa Israel dikecam. Amos menilai pelaksanaan keagamaan Israel sebagai
yang jahat dan menjijikan bagi Tuhan, karena mereka mengikuti cara pandang bangsa-bangsa
lain tentang makna keagamaan. Pelaksanaan upacara keagamaan Israel begitu indah
dan semarak, kurban melimpah dengan domba dan lembu jantan yang tambun-tambun,
nyanyian mereka yang semarak, tetapi tingkah laku kehidupan mereka sehari-hari
penuh dengan ketidakadilan dan penindasan, maka Allah menolak ibadah mereka
itu.[10]
2.2.2 Konteks
Politik
Pada
zaman Amos, Israel Utara dapat mengembangkan diri di bidang kehidupan politik.
Pada masa itu Israel Utara dapat memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke
batas-batas wilayah kekuasaan yang pernah dicapai pada zaman Salomo. Militernya
mampu menaklukkan wilayah-wilayah yang dikuasai bangsa lain, seperti kemenangan
yang diraih militer di Lodebar dan Karnaim. Mereka mampu menjaga kestabilan di
bidang politik. Hal ini dapat dicapai karena pada waktu itu kerajaan Asyur
belum muncul sebagai kekuatan adikuasa yang mengancam kerajaan-kerajaan kecil
yang ada di Timur Tengah Kuno.[11]
Selain
itu keberhasilan yang dicapai oleh Israel Utara pada waktu itu tidak terlepas dari
keahlian yang dimiliki oleh Yerobeam II, di mana dia memperluas tapal batasnya
(2 Raj. 14:25), dan membangun perdagangan yang menguntungkan, yang menciptakan
suatu golongan perdagangan yang kuat di samaria. Sayangnya kemakmuran yang
membanjiri samaria tidak dibagi rata di kalangan penduduk. Kemakmuran itu
dimonopoli oleh raja-raja pedagang, yang menggunakan kekayaan yang mereka
peroleh untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka sendiri (3:10, 12, 15; 6:4),
dan mengabaikan golongan petani yang pada waktu itu merupakan tulang punggung
perekonomian Samaria.[12]
2.2.3 Konteks
Ekonomi
Kestabilan
pada bidang politik yang dialami kerajaan Israel telah memungkinkan kerajaan
tersebut dapat mengembangkan ekonominya ke arah yang lebih maju lagi. Mereka
berhasil mengembangkan pertanian dengan baik dan membawa hasil yang memuaskan,
hal ini juga didukung oleh wilayah Utara yang luas dan subur.[13] Kemudian dalam segi
perdagangan mereka juga berhasil membangun perdagangan yang menguntungkan, yang
menciptakan suatu golongan perdangan yang kuat di Samaria.[14] Akan tetapi pada waktu
itu muncul masalah, yakni bahwa berkat kemakmuran dari Tuhan itu tidak
dinikmati secara bersama dan merata, karena yang berkuasa atau yang kaya/kuat
menguasai kekayaan bangsa itu.[15] Dan seiring dengan itu
ternyata terjadi jual-beli manusia, baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak,
untuk menjadi budak sebagai ganti pembayaran hutang.[16]
2.2.4 Konteks
Sosial
Penyalahgunaan
kekuasaan dan ketidakadilan yang dilakukan para penguasa dan kroni-kroninya
telah mengakibatkan disintegrasi bangsa itu. Di sana terjadi perpecahan, karena
yang kuat dan kaya semakin kuat dan kaya, sedangkan yang lemah dan miskin
semakin lemah dan miskin. Ketidakadilan terjadi di mana-mana. Misalnya
penyimpangan di dunia peradilan. Di mana-mana terjadi penindasan dan perampasan
(2:6 dst.; 5:11 dst.; 8:4-6; dll).[17]
Bab III
ANALISIS STRUKTUR
3.1
Struktur Kitab Amos[18]
1-2
|
Ucapan Hukuman atas Bangsa-bangsa
Melawan Aram – Filistin – Ammon – Moab
Israel (kritik sosial)
Edom – Tirus – Yehuda
Rumusan Firman:
“Beginilah
firman TUHAN: Karena tiga perbuatan jahat NN, bahkan empat, Aku tidak akan
menarik kembali keputusanKu: oleh karena mereka …”
|
3-6
3
3-4
5-6
|
Ucapan Hukuman atas Israel
3-5: “Dengarlah firman ini …”
5-6: “Celakalah atas …”
Pemilihan: “Hanya kamu yang Kukenal”
> “Aku menghukum karena kesalahanmu”
Panggilan profetis yang tidak dapat
ditolak (“Singa telah mengaum…”)
Penghakiman atas Samaria – Doksologi
(4:13)
“Carilah Aku, maka kamu akan hidup”
(5:4)
Doksologi (5:8) – Kritik terhadap ibadah
Israel
|
7-9
7:10-17
9:11-15
|
Visi-visi berurutan
Belalang – Api – Tali sipat
![]()
Bakul dengan buah-buahan – rusaknya
Mezbah Doksologi (9:5f)
Janji Keselamatan
Pendirian kembali pondok Daud yang roboh
Kembali dari pembuangan ke negeri yang
menghasilkan buah
|
Umumnya naskah nubuat-nubuat Amos dalam bahasa Ibrani
dipelihara dengan baik. Lagipula, pengaturan karya-karya tulisnya secara
progresif memungkinkan kitabnya dapat dibagi dalam bagian-bagian yang bukan
dibuat-buat. Kitab itu dibagi menjadi 4 bagian.[19]
a.
1:1-2:16. Sesudah
kata pendahuluan yang sederhana (1:1-2) di mana Amos mengatakan siapa dia
sebenarnya, ketika ia bernubuat, dan di mana letak kekuasaannya untuk berkhotbah,
ia mengumumkan hukuman atas bangsa-bangsa di sekitarnya (1:3-2:3), atas Yehuda
tempat kelahirannya, dan atas Samaria (2:4-16). Dosa-dosa atas mana hukuman
Tuhan akan dijatuhkan, sifatnya mengenai akhlak, dosa-dosa itu berlawanan
dengan hukum moral yang mengikat masyarakat.
b.
3:1-6:14.
Rangkaian amanat dalam bagian ini masing-masing dimulai dengan rumusan yang tegas (3:1; 4:1; 5:1; 6:1). Di
sini tekanan diberikan pada hak-hak istimewa Samaria, tapi dosa bangsa itu
telah membalikkan hak-hak istimewa itu menjadi asas atas mana Amos mendasarkan
kaidah hukumnya. Hak istimewa melibatkan umat Allah dalam hukuman, justru
muncullah pergumulan Amos tentang “Hari Tuhan” ketika Asyur hendak dijadikan
cambuk bagi Tuhan untuk memukul Israel.
c.
7:1-9:10. Bagian
ini terdiri dari lima rangkai penglihatan mengenai hukuman. Dalam setiap
penglihatan itu hukuman diutarakan dalam suatu lambang. Kelima lambang itu
adalah kawanan belalang (7:1-3), api (7:4-6), tali sipat (7:7-9), buah-buahan
musim kemarau (8:1-14), dan sebuah mezbah yang diruntuhkan (9:1-10). Dalam
7:10-17 Amos menambahkan catatan yang panjang mengenai riwayat hidupnya
sendiri, yang memperlihatkan alasan-alasannya menyapa umat Allah.
d.
9:11-15. Bagian
ini terdiri dari kata penutup yang melukiskan pemulihan kerajaan Daud.
3.2
Struktur Khiastis Amos 9:1-15






tetap
menyatakan janji kasih setiaNya


A’ Disampaikan
kepada pendengar/Israel (9:15)
Penjelasan:
A.
Tuhan Allah
berfirman kepada Amos melalui penglihatan “Kulihat
Tuhan berdiri dekat mezbah, dan Ia berfirman:…” Tuhan Allah di dalam
perikop ini menyatakan bagaimana kedaulatan dan kuasa-Nya untuk melaksanakan
apa ketetapan-Nya. Kedaultan Tuhan Allah yang dinyatakan di dalam pasal 9 ini
ialah mengenai hukuman yang Ia sediakan bagi orang-orang berdosa, dan kasih
setia dan keselamatan yang disediakan-Nya bagi orang-orang benar.
A’ Firman Tuhan
Allah yang disampaikan kepada Amos melalui penglihatan ini, akhirnya
disampaikan kembali kepada bangsa Israel pada saat itu, “firman Tuhan, Allahmu.”
B.
Tuhan Allah menghukum
orang-orang berdosa, sekalipun mereka berusaha untuk menghindar daripara
hukuman itu, Tuhan Allah tetap tidak akan meluputkan salah satu pun dari antara
mereka. Dikatakan “sekalipun mereka,….
Aku akan”.
B’ Pada
akhirnya Tuhan Allah akan memunahkan semua orang yang termasuk bangsa Israel
yang hidup bercela di hadapannya. Mereka akan dibunuh dan terbunuh, “...dan sisa-sisa mereka akan Kubunuh dengan
pedang;…”, juga “Oleh pedang akan
mati terbunuh semua orang berdosa di antara umat-Ku…”.
C.
Di dalam
kedaulatan-Nya untuk menghukum, Ia teta memegang janji keselamatan bagi umat
yang tetap setia hidup benar di hadapan-Nya. Ia berjanji akan melakukan-Nya,
dikatakan “Aku akan memulihkan kembali
umat-Ku Israel…”.
C’ Tuhan Allah
akan melaksanakan janji-Nya, yakni misalnya dengan cara “mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; menutup pecahan
dindingnya, mendirikan kembali reruntuhan,….”. Dengan kata lain, Tuhan
Allah akan mengembalikan kejayaan bangsa Israel kembali apabila mereka tetap
setia kepada-Nya.
Bab IV
TAFSIRAN DAN
REFLEKSI
4.1
Tafsiran
9:1-6 : Penglihatan kelima: Tuhan
dekat mezbah
Bagian
ini menceritakan tentang penglihatan kelima yang diterima Amos. Dari
penglihatan pertama hingga kelima, penglihatan-penglihatan itu bergerak semakin
lama semakin buruk. Penglihatan kelima ini adalah puncaknya – kesudahan dari
segala sesuatu. Penglihatan kelima itu, ibarat Amos yang sedang menghadapi
kenyataan yang tidak terelakkan itu, berdiri di depan liang lahat, menyaksikan
peti jenazah diturunkan. Itulah akhir dari segala sesuatu.
Dalam
penglihatan kelima ini, Amos melihat “Tuhan
berdiri dekat mezbah” (ay. 1). Ini menunjukkan bahwa pusat dari penglihatan
ini adalah sebuah mezbah. Mezbah atau altar itu adalah tempat orang
mempersembahkan kurban kepada Allah. Bagi umat Israel, mezbah adalah hal yang
penting terkait dengan penghapusan dosa mereka. Karena itu walaupun mereka
tinggal di tempat yang jauh, mereka akan selalu menyediakkan diri untuk datang
ke Bait Allah dan mempersembahkan kurban di atas mezbah. Bait Allah selalu
menjadi tempat mereka bisa merasakan kedamaian di dalam hati karena tempat itu
adalah tempat pertemuan anatara Allah dengan umat-Nya.
Namun
dalam penglihatan Amos yang kelima ini, sayangnya hal ini tidak yerjadi. Mezbah
memang masih terlihat, tetapi bukan suasana damai yang dipancarkannya,
melainkan kehancuran. Dalam penglihatan Amos, mezbah itu sendiri yang justru
pertama kali akan dihancurkan oleh Allah, seperti yang dikatakan “pukullah hulu tiang dengan keras, sehingga
ambang-ambang bergoncang, dan runtuhkanlah itu ke atas kepala semua orang”. (ay.
1). Degan memukul hulu tiang, maka seluruh bangunan akan hancur. Itu berarti
bahwa seuruh orang yang ada dalam tempat ibadah itu akan hancur pula. Tidak ada
seorang pu yang dapat melarikan diri atau meluputkan diri. Ke mana pun mereka
mencoba untuk mengunsi dan menyembunyikan diri, tangan Tuhan itu akan mencapai
mereka. Bahkan, sekalipun mereka menembus sampai ke dunia orang mati, tangan
Tuhan akan mengambil mereka dari sana juga sekalipun mereka naik ke langit,
Tuhan akanmenurunkan mereka dari sana. Sekalipun mereka bersembunyi di puncak
gunung Karmel, Tuhan juga akan mengusut dan mengambil merek dari sana.
Sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mata Tuhan di dasar laut, Dia
juga akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana. Bahkan sekalipun
mereka sudah menjadi tawanan, tetap saja Tuhan akan menuntut balas mereka atas
semua perbuatan yang telah mereka lakukan kepada-Nya. (ay 2-4).[20]
Tindakan
Tuhan yang mengambil keputusan untuk pertama-tama menghancurkan mezbah menarik
untuk kita perhatikan. Mezbah adalah tanda kehadiran Tuhan, suatu tempat yang
kudus. Namun, megapa Dia malah menhancurkan mezbah itu/ dalam hal ini kita
melihat bahwa memang tidak cukup bagi orang Israel mempersembahkan kurban
binatang di atas mezbah, tetapi hati mereka menjauh dari Tuhan. Dia lebih
menghendaki keadilan dan kebenaran daripada kurban. Lagi pula, Dia memang tidak
dapat disenang-senangkan atau disuap dengan kurban-kurabn bakaran dan
ibadah-ibadah itu.
Hal
ini mirip dengan apa yang diungkapkan Nabi Yeremia bahwa Tuhan akan menghancurkan
Bait Allah karena mereka sudah menjadikan Bai Allah itu sebagai sarang penyamun. “Sudahkah
menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini?” (Yer.
7:11). Degan demikian, menjalankan ibadat di Bait Allah tidak otomatis menjamin
mereka akan selamat sebab Tuhan, bahkan tidak merasa sayang untuk menghancurkan
Bait Allah.
Ayat
5-6 merupakan nyanyian yang berisi kata-kaa yang mengagungkan kedahsyatan da
kemahakuasaan Tuhan. Nyanyian tentang kedahsyatan dan kemahakuasaan Tuhan
selama ini telah diremehkan orang Israel. Mereka terlalu percaa dan merasa aman
dengan kekuatan mereka sendiri. Sekarang, mereka baru merasakan kemahadahsyatan
dan kekuasaan Tuhan itu kali ini tidak ditunjukkan untuk melindungi Israel,
tetapi untuk menghancurkan dan menghukum mereka.
Dengan
penglihatan tentang penghancuran tempat-tempat suci itu, Israel diajak untuk
menyadari tentang kepercayaan palsu yang selama ini mereka anut. Sebagai bangsa
pilihan Tuhan, mereka adalah bangsa yang istimewa. Apalagi ditengah bangsa
mereka ada bait Suci yang melambangkan kehadiran Allah dan menjadi jaminan
bahwa Dia selalu dipihak mereka. Namun, itu semua adalah kepercayaan yang
palsu. Mereka memang betul adalah umat pilihan Tuhan dan Bait Allah memang
betul adalah simbol kehadiran-Nya, tetapi itu semua tidak menjamin bahwa Allah
pasti selalu memihak kepada mereka dan apa pun yang mereka lakukan pasti selalu
memihak mereka dan apa pun yang memreka lakukan pasti selalu dibela Allah. baik
status sebagai umat Allah atau pun mempunyai Bait Suci yang menjadi lambang
kehadiran Allah, itu semua tidak berarti apa-apa jika perbuatan mereka tidak
menunjukkan bahwa sungguh Allah hadir dan berkuasa dalam diri mereka. Bahkan,
mereka justru telah menistakan kehadiran-Nya di tengah mereka. Karena itulah,
Allah pun tidak segan untuk menghancurkan tempat-tempat kudus itu yang
sekaligus juga menghancurkan setiap orang Israel.[21]
Amos 9:7-10 : Bangsa Pilihan Ditolak
Allah[22]
Dengan
hukuman yang seperti ini, Amos memperlihatkan bahwa seolah-olah status orang
Israel sebagai umat pilihan Allah (am Yahwe), yang sangat mereka
bangga-banggakan, tidak berlaku lagi. Tuhan mengatakan, "Bukankah kamu sama seperti orang Etiopia bagi-Ku, hai orang
Israel?" demikianlah firman TUHAN. "Bukankah Aku telah menuntun orang
Israel keluar dari tanah Mesir, orang Filistin dari Kaftor, dan orang Aram dari
Kir? (ayat. 7). Allah memang telah menuuntun orang Israel, khususnya dari
perbudakan Mesir, tetapi itu tidak berarti hanya Israel satu-satunya bangsa
yang dipimpin Tuhan. Allah juga memimpin orang Filistin dari Kaftor. Allah juga
membebaskan orang Aram dari Kir. Dengan demikian, apa yang orang Israel sangka
tentang kedudukannya yang istimewa itu, sebetulnya tidak lagi terlalu istimewa.
Israel tidak lebih hebat daripada orang Etiopia, Filistin, dan Aram.
Pernyataan
ini sangat menarik karena menjungkirbalikkan pemahaman orang Israel tentang
dirinya dan bangsa-bangsa lain. Sebelumnya Israel selalu menganggap bahwa
bangsa-bangsa lain adalah bangsa kafir yang tidak mengenal Allah (Goyim).
Mereka selalu menyebut bangsa-bangsa itu dengan nada merendahkan atau mengejek.
Bahkan, Israel juga memandang bangsa-bangsa itu sebagai bangsa yang bar-bar
atau tidak beradap. Tetapi sekarang, Tuhan mengatakan bahwa semua bangsa itu
sama dihadapanNya. Sama seperti Tuhan yang membebaskan Israel dari Mesir, Dia
juga membebaskan bangsa-bangsa lain. Dengan demikian, dia bukan hanya Tuhan
Israel melainkan juga Tuhan bangsa-bangsa lain.
Hal
ini tidak berarti bahwa Allah itu ingkar janji dan membatalkan pengangkatan
Israel itu sebagai umat pilihan. Tetapi memang sejak awal, dan itu sudah sering
ditekankan pada waktu yang lampau bahwa, ketika kita dipilih sebagai umat
Allah, itu bukan hanya berarti kita dapat menuntut kepadaNya untuk
memberlakukan kita secara istimewa, melainkan juga ada tanggung jawab yanga
besar yang harus kita lakukan. Justru karena Israel itu dipilih Allah, Israel
harus menjadi panutan, contoh bagi bangsa-bangsa lain, yang menunjukkan
bagaimana seharusnya hidup sebagai umat Tuhan.
9:11-15 : Janji Mengenai Keselamatan
Setelah
pemberitaan Amos tetang kehancuran, ia juga memberitakan tentang pengharapan.
Amos mengatakan, “Tetapi Aku tidak akan
memusnahkan keturunan Yakub sama sekali” (ay. 8). Ini meunjukkan walaupun
Alah sangat murka dan penghancuran itu bisa menjadi penghancuran yang sangat
dahsyat, pengharapan itu selalu ada. Tuhan tidak akan menghancurkan seluruhnya,
tetapi tetap ada sebagian orang yang diselamatkan. Kitab Yesaya menyebut
sebagian orag yang diselamatkan ini, yang memang sangat kecil jumlahnya, dengan
istilah ‘sisa Israel’. Orang-orang ini meruakan orang-orang yang sudah lulus
dari “saringan yang sangat ketat” yang tetap menjaga diri mereka untuk berlaku
adil dan benar. (ay. 9).
4.2
Refleksi
Kalau
kita merasa bahwa kita adalah umat Allah, gereja yang selalu menyebut dirinya
sebagai tubuh Kristus, mempunyai status yang istimewa di hadapan Allah, itu
memang benar. Namun, ingatlah juga bahwa itupun berarti ada tanggung jawab yang
lebih besar yang dituntut dari kita. Kita harus mampu untuk menjadi saksi
Kristus yang baik. Menjadi saksi adalah panggilan yang sangat terhormat. Kalau
kita diangkat menjadi saksi, itu berarti kita diutus dan diangkat untuk menjadi
duta yang mewakili sang Raja. Kalau jabatan terhormat itu kemudian kita salah
gunakan, dan dengan tingkah laku kita yang tidak baik justru memberikan kesan
yang buruk tentang Raja yang mengutus kita, kita dapat mengerti kalau sang Raja
itu bisa menjadi sangat kecewa.
Apa
yang dinubuatkan Amos kepada Israel ini juga menjadi pengingat bagi kita bahwa
sesungguhnya tidak satu pun simbol suci itu mampu menyelamatkan kita ataupun
menghindarkan kita dari penghukuman karena perbuatan kita yang bertentangan
dengan kehendak Tuhan. Baik aktivitas gerejawi ataupun ketaatan religius tidak
bisa memberikan keselamatan bagi kita. Di hadapan Tuhan, perbuatan kita untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran jauh lebih utama daripada semuanya itu.
Dalam
hal ini, kita bisa belajar bahwa masalah keselamatan itu tidak bergantung pada
jumlah. Untuk itu, kita tidak perlu takut kalau kita menjadi minoritas. Jangan
hanya karena jumlah kita kecil itu membuat kita begitu saja mengikuti yang
besar atau arus yang kuat, yang memang sering mempunyai daya tariknya sendiri.
Padahal, itu membawa kita kepada kebinasaan. Sedahsyat apa pun peghukuman
Tuhan, tetap tidak dapat menghalangi diri-Nya untuk menyelamatkan. Dia memang
bisa menghancurkan, tetapi sekaligus juga mau menyelamatkan.
Inilah
pengharapan yang senantiasa mengiringi kehidupan kita sebagai orang beriman,
bahwa suatu hari kelak keselamatan pasti akan datang bagi mereka yang benar.
Hal ini tentu menjadi kekuatan tersendiri bagi kita yang selama ini harus terus
bergumul dan mengalami banyak penderitaan karena memilih untuk bersikap adil
dan benar. Teruslah berjuang karena keselamatan itu pasti datang bagi kita yang
berlaku adil dan benar.[23]
Bab V
KESIMPULAN
Bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah untuk mengetahui dengan pasti seperti apa proses
terjadinya kitab Amos ini, terlebih khusus perihal penulis. Sekalipun di dalam
kitab Amos disebutkan secara langsung bahwa ini merupakan nubuatan nabi Amos,
namun ternyata ada indikasi-indikasi lain dari dalam kitab tersebut yang
memperlihatkan suatu kenyataan yang berbeda. Kendati pun demikian, sudah pastilah
penulis kitab Amos ini telah diwahyukan oleh Tuhan ALLAH untuk menyampaikan
sabda-Nya kepada umat-Nya yakni Israel pada saat itu.
Melalui
penulis kitab Amos, Tuhan ALLAH menyatakan ketetapan-ketetapan-Nya kepada
bangsa Israel. Dan di dalam pasal 9 ini, dapat dilihat bahwa ada dua ketetapan
ALLAH bagi bangsa Israel pada saat itu, yakni penghukuman dan janji
keselamatan. Kepada mereka yang membelakangi ALLAH, akan diberikan penghukuman.
Dan kepada mereka yang hidup benar di hadapan-Nya, Ia menjanjikan keselamatan
dan pemulihan hidup.
Firman
Allah ini pun tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel beserta dengan kondisi
hidup mereka pada saat itu, tetapi juga kepada kita pada saat ini. Tuhan Allah
tetap menunjukkan kedaulatan-Nya dari zaman dahulu kala, sekarang, dan pada
masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Boland, B.J., Tafsiran
Alkitab: Kitab Amos, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997)
Darmaputera, Eka., Mencari Allah: Pemahaman Kitab Amos Tentang
Mencari Keadilan dan Kebenaran. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012)
Douglas, J.D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I A-L,
(Jakarta: YKBK, 1995)
Douglas, J.D. dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II M-Z
(Jakarta:YKBK, 1995)
Ludji, Barnabas., Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung:
Bina Media Informasi, 2009)
Mays, James L., The Old Testament Library Amos, (London:
SCM Press Ltd, 1969)
Santoso, Agus., Satu Iota Tak Akan Ditiadakan, Pengantar Ke
Dalam Perjanjian Lama, (Cipanas: STT Cipanas Press, 2014)
Thorogood, Bernard., A Guide To
Amos, (London: Hollen Street Press Ltd, 1992)
[1]
Bernard Thorogood, A Guide To Amos, (London:
Hollen Street Press Ltd, 1992), 1.
[2]
Ibid, 3.
[3] Barnabas
Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2,
(Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 47.
[4]
Ibid.
[5] B.J
Boland, Tafsiran Alkitab: Kitab Amos, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 4.
[6] Bernard
Thorogood, 10.
[7]
Ibid, 11.
[8]
James L.Mays, The Old Testament Library
Amos, (London: SCM Press Ltd, 1969), 13.
[9] Ensiklopedi Alkitab Masa kini Jilid 1, (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 122013),
44.
[10] Barnabas
Ludji, 54.
[11] Ibid, 51.
[12] J.D.
Douglas,dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini, Jilid II M-Z (Jakarta:YKBK, 1995), 570.
[13] Barnabas
Ludji, 52.
[14] J.D.
Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini,
Jilid I A-L, (Jakarta: YKBK, 1995), 44.
[15]
Barnabas Ludji, 52.
[16] Wismoady
Wahono, Di Sini Kutemukan,
(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 182015), 159.
[17]
Barnabas Ludji, 52.
[18]
Pdt.Dr. Agus Santoso, Satu Iota Tak Akan
Ditiadakan, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, (Cipanas: STT Cipanas
Press, 2014), 55.
[19] Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L,
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), 43.
[20]
Eka Darmaputera, Mencari Allah: Pemahaman
Kitab Amos Tentang Mencari Keadilan dan Kebenaran. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012), 123-124.
[21]
Eka Darmaputera, 125-124.
[22]
Ibid, 128-129.
[23]
Eka Darmaputera, 132-134.
The Star Gold Coast announces new gaming - JtmHub
BalasHapusThe 보령 출장마사지 Star Gold Coast 여수 출장안마 and its sister properties, 포천 출장샵 The Cosmopolitan, will be Jumba Gold 제천 출장샵 Coast Casino and Hotel and Casino 제주 출장샵 are the two most