Senin, 07 Mei 2018

Makalah: PENGHUKUMAN DAN JANJI KESELAMATAN (Hermeneutik Amos 9:1-15)


Bab 1
PENDAHULUAN
            Setelah kematian raja Salomo, sekitar tahun 930 SM, kerajaan Israel terbagi menjadi dua. Suku Yehuda dan Benyamin di Selatan tinggal setia kepada raja baru, Rehabeam, anak Salomo. Suku lainnya di Utara memberontak di bawah kepemimpinan Yerobeam, salah seorang yang pernah menjadi pasukan Salomo, dan membuat ia menjadi raja mereka. Sejak saat itu kerajaan Israel Selatan disebut Yehuda, saat kerajaan Utara tetap disebut Israel. Ada beberapa permasalahan dan kebencian di antara mereka, salah satunya ialah terkait ritus. Masyarakat Yehuda tetap melaksanakan ibadah di Yerusalem sebagai tempat sentral ibadah. Namun, masyarakat Israel melaksanakan ritus di Betel dan Gilgal. Keduanya pun juga terpisahkan karena perbedaan dunia politik. Israel mengarah ke Utara, dan mencoba menemukan sekutu di antara negara-negara yang ada. Yehuda mengarah ke Selatan, dan berharap Mesir menjadi rekan.[1]
            Ibu kota Israel adalah Samaria. Selama masa Amos banyak orang kaya tinggal di sana. Beberapa dari orang ini mungkin memperoleh kekayaan mereka dengan menyewakan atau menjual tanah mereka kepada para petani yang bekerja. Yang lainnya adalah pedagang yang membeli dan menjual hasil pertanian di lereng bukit. Tapi ada juga orang di Samaria yang sangat miskin. Kemudian mereka berhutang, dan diperlakukan secara kasar. Raja Israel pada masa Amos ialah Yerobeam II (2 Raj. 14:23-29). Secara politik ia adalah penguasa yang kuat, dan selama masa pemerintahannya rakyat merasa aman.[2] Ia berhasil memperluas wilayah kekuasannya dan berhasil hingga pada tapal batas kerajaan yang pernah dicapai oleh raja Salomo. Pada puncak keemasan inilah corak hidup Israel berubah menjadi kerajaan yang komersial dan materialistis. Keadaan seperti ini ikut mengubah perilaku bangsa itu dalam berbagai aspek kehidupan.[3]
            Selain itu, kemakmuran itu tidak secara merata dirasakan. Hanya sekelompok orang berkuasa saja yang menikmati kemakmuran dan kemewahan itu. Terjadilah perpecahan strata sosial menjadi kelas masyarakat elite dan marginal.[4]
           
Bab II
LATAR BELAKANG
2.1  Penulis
Boland mengatakan bahwa bagaimana pun juga, kita tidak boleh meganggap bahwa Kitab Amos, seperti yang ada pada kita sekarang, adalah semata-mata buah pena Amos. Sedikit-dikitnya ada tiga buah sumber dapat kita sebutkan: ada bagian-bagian yang berdasarkan catatan-catatan sendiri atau mungkin yang didiktekan kepada seorang jurutulis; di samping itu mungkin ada sejumlah orang yang masing-masing telah menghafalkan atau mencatat perkataan-perkataan atau pokok-pokok tertentu dari nubuat Amos; dan mungkin ada seorang teman yang telah mencatatkan dengan teliti peristiwa yang terjadi di Betel (7:10-17).[5]
Bernard dalam bukunya A Guide to Amos berpendapat bahwa kita tidak bisa memastikan siapa penulis kitab ini. Sebagian besar ilmuan berpendapat bahwa tidak mungkin Amos menuliskan segalanya sendiri. Selama Amos hidup, para pengikutnya mungkin mengingat perkataannya. Kemudian ketika ia selesai berbicara atau waktu ia telah meninggal, mereka yang mengagumi nubuatnya ingin mencegah agar tidak terlupakan. Sejumlah orang masing-masing menuliskan apa yang dikenangnya. Mungkin tulisan-tulisan kecil ini beredar di antara teman-teman dan pengikut Amos, dan kemudian mereka mengumpulkan tulisan-tulisan tersebut menjadi sebuah buku.[6] Ia meyakini sewaktu pembuangan Yehuda ke Babilonia, kitab ini mungkin direvisi kembali, dan penambahan lebih lanjut dilakukan di Babel. Misalnya dalam 4:13; 5:8, 9; 9:5, 6 dan 9:11-15 ditambahkan pada periode selanjutnya, karena bahasa dan gaya dari ayat-ayat ini serupa dengan nabi-nabi pada saat itu.[7]
Menurut James L.Mays kitab Amos sendiri di dalamnya mencakup nubuatan Amos dan penulisan oleh para pengikut Amos kemudian. Bentuk akhir dari kitab ini adalah hasil dari proses perumusan yang dicapai dari Amos paling tidak sampai pada masa pembuangan. Terdapat beberapa indikasi, seperti di dalam 7:11-17 menunjukkan bahwa ada orang ketiga di dalamnya. Ini menunjukkan pada keberadaan seseorang atau kelompok yang mengetahui karir Amos.[8]
2.2  Situasi Penulisan
2.2.1    Konteks Agama
Keadaan sosial di Samaria mempengaruhi kebiasaan agamawi. Agama tidaklah diabaikan tetap diputarbalikkan. Di tempat-tempat suci agama nasional (5:5) upacara-upacara terus dipelihara (4:4-5), tetapi hal ini diadakan bergandengan dengan sifat kefasikan yang tak mengenal Allah dan menyalahi kesusilaan, justru ritus ini harus dibasmi, bukan diperbaharui (3:14; 7:9; 9:1-4). Sesungguhnya ini bukanlah penyembahan kepada Allah, tetapi pendurhakaan (4:4). Allah tidak akan ditemukan di tempat-tempat suci yang demikian (5:21-23); sebab Allah tidak menerima ibadah seperti ini; sesungguhnya persembahan ini ditunjukkan kepada ilah lain (8:14). Lagipula upacara yang serba mewah dan korban-korban yang mahal itu dipersembahkan dengan biaya kaum miskin (2:8; 5:11). [9]
Upacara agama bangsa Israel dikecam. Amos menilai pelaksanaan keagamaan Israel sebagai yang jahat dan menjijikan bagi Tuhan, karena mereka mengikuti cara pandang bangsa-bangsa lain tentang makna keagamaan. Pelaksanaan upacara keagamaan Israel begitu indah dan semarak, kurban melimpah dengan domba dan lembu jantan yang tambun-tambun, nyanyian mereka yang semarak, tetapi tingkah laku kehidupan mereka sehari-hari penuh dengan ketidakadilan dan penindasan, maka Allah menolak ibadah mereka itu.[10]
2.2.2    Konteks Politik
Pada zaman Amos, Israel Utara dapat mengembangkan diri di bidang kehidupan politik. Pada masa itu Israel Utara dapat memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke batas-batas wilayah kekuasaan yang pernah dicapai pada zaman Salomo. Militernya mampu menaklukkan wilayah-wilayah yang dikuasai bangsa lain, seperti kemenangan yang diraih militer di Lodebar dan Karnaim. Mereka mampu menjaga kestabilan di bidang politik. Hal ini dapat dicapai karena pada waktu itu kerajaan Asyur belum muncul sebagai kekuatan adikuasa yang mengancam kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Timur Tengah Kuno.[11]
Selain itu keberhasilan yang dicapai oleh Israel Utara pada waktu itu tidak terlepas dari keahlian yang dimiliki oleh Yerobeam II, di mana dia memperluas tapal batasnya (2 Raj. 14:25), dan membangun perdagangan yang menguntungkan, yang menciptakan suatu golongan perdagangan yang kuat di samaria. Sayangnya kemakmuran yang membanjiri samaria tidak dibagi rata di kalangan penduduk. Kemakmuran itu dimonopoli oleh raja-raja pedagang, yang menggunakan kekayaan yang mereka peroleh untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka sendiri (3:10, 12, 15; 6:4), dan mengabaikan golongan petani yang pada waktu itu merupakan tulang punggung perekonomian Samaria.[12]
2.2.3    Konteks Ekonomi
Kestabilan pada bidang politik yang dialami kerajaan Israel telah memungkinkan kerajaan tersebut dapat mengembangkan ekonominya ke arah yang lebih maju lagi. Mereka berhasil mengembangkan pertanian dengan baik dan membawa hasil yang memuaskan, hal ini juga didukung oleh wilayah Utara yang luas dan subur.[13] Kemudian dalam segi perdagangan mereka juga berhasil membangun perdagangan yang menguntungkan, yang menciptakan suatu golongan perdangan yang kuat di Samaria.[14] Akan tetapi pada waktu itu muncul masalah, yakni bahwa berkat kemakmuran dari Tuhan itu tidak dinikmati secara bersama dan merata, karena yang berkuasa atau yang kaya/kuat menguasai kekayaan bangsa itu.[15] Dan seiring dengan itu ternyata terjadi jual-beli manusia, baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak, untuk menjadi budak sebagai ganti pembayaran hutang.[16]
2.2.4    Konteks Sosial
Penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakadilan yang dilakukan para penguasa dan kroni-kroninya telah mengakibatkan disintegrasi bangsa itu. Di sana terjadi perpecahan, karena yang kuat dan kaya semakin kuat dan kaya, sedangkan yang lemah dan miskin semakin lemah dan miskin. Ketidakadilan terjadi di mana-mana. Misalnya penyimpangan di dunia peradilan. Di mana-mana terjadi penindasan dan perampasan (2:6 dst.; 5:11 dst.; 8:4-6; dll).[17]
Bab III
ANALISIS STRUKTUR
3.1  Struktur Kitab Amos[18]
1-2
Ucapan Hukuman atas Bangsa-bangsa
Melawan Aram – Filistin – Ammon – Moab
Israel (kritik sosial)
Edom – Tirus – Yehuda
Rumusan Firman:
“Beginilah firman TUHAN: Karena tiga perbuatan jahat NN, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusanKu: oleh karena mereka …”
3-6


3


3-4
5-6
Ucapan Hukuman atas Israel
3-5: “Dengarlah firman ini …”
5-6: “Celakalah atas …”
Pemilihan: “Hanya kamu yang Kukenal” > “Aku menghukum karena kesalahanmu”
Panggilan profetis yang tidak dapat ditolak (“Singa telah mengaum…”)
Penghakiman atas Samaria – Doksologi (4:13)
“Carilah Aku, maka kamu akan hidup” (5:4)
Doksologi (5:8) – Kritik terhadap ibadah Israel
7-9

7:10-17



9:11-15
Visi-visi berurutan
Belalang – Api – Tali sipat
Text Box: Amos dan Amazia
“Aku ini bukan nabi dan tidak termasuk golongan nabi …”


Bakul dengan buah-buahan – rusaknya Mezbah Doksologi (9:5f)
Janji Keselamatan
Pendirian kembali pondok Daud yang roboh
Kembali dari pembuangan ke negeri yang menghasilkan buah
Umumnya naskah nubuat-nubuat Amos dalam bahasa Ibrani dipelihara dengan baik. Lagipula, pengaturan karya-karya tulisnya secara progresif memungkinkan kitabnya dapat dibagi dalam bagian-bagian yang bukan dibuat-buat. Kitab itu dibagi menjadi 4 bagian.[19]
a.       1:1-2:16. Sesudah kata pendahuluan yang sederhana (1:1-2) di mana Amos mengatakan siapa dia sebenarnya, ketika ia bernubuat, dan di mana letak kekuasaannya untuk berkhotbah, ia mengumumkan hukuman atas bangsa-bangsa di sekitarnya (1:3-2:3), atas Yehuda tempat kelahirannya, dan atas Samaria (2:4-16). Dosa-dosa atas mana hukuman Tuhan akan dijatuhkan, sifatnya mengenai akhlak, dosa-dosa itu berlawanan dengan hukum moral yang mengikat masyarakat.
b.      3:1-6:14. Rangkaian amanat dalam bagian ini masing-masing dimulai dengan  rumusan yang tegas (3:1; 4:1; 5:1; 6:1). Di sini tekanan diberikan pada hak-hak istimewa Samaria, tapi dosa bangsa itu telah membalikkan hak-hak istimewa itu menjadi asas atas mana Amos mendasarkan kaidah hukumnya. Hak istimewa melibatkan umat Allah dalam hukuman, justru muncullah pergumulan Amos tentang “Hari Tuhan” ketika Asyur hendak dijadikan cambuk bagi Tuhan untuk memukul Israel.
c.       7:1-9:10. Bagian ini terdiri dari lima rangkai penglihatan mengenai hukuman. Dalam setiap penglihatan itu hukuman diutarakan dalam suatu lambang. Kelima lambang itu adalah kawanan belalang (7:1-3), api (7:4-6), tali sipat (7:7-9), buah-buahan musim kemarau (8:1-14), dan sebuah mezbah yang diruntuhkan (9:1-10). Dalam 7:10-17 Amos menambahkan catatan yang panjang mengenai riwayat hidupnya sendiri, yang memperlihatkan alasan-alasannya menyapa umat Allah.
d.      9:11-15. Bagian ini terdiri dari kata penutup yang melukiskan pemulihan kerajaan Daud.


3.2  Struktur Khiastis Amos 9:1-15

A                     Kepada Amos (9:1)    
                                

B                              Tuhan ALLAH semesta alam berkuasa menghukum bangsa Israel sekalipun mereka berusaha menghindar (2-4)
                                               
C                              Tuhan ALLAH tetap memegang janjinya untuk memulihkan bangsa Israel yang tetap setia padaNya (14-15)
                                
Tuhan berfirman:                                                        Kedaulatan-Nya untuk menghukum namun
tetap menyatakan janji kasih setiaNya

C’                               Mendirikan pondok Daud, reruntuhan, dan tidak memunahkan keturunan Yakub (8, 11)

B’                               Tuhan ALLAH memunahkan/membunuh orang-orang berdosa, dan menggunakan berbagai cara untuk menyatakan hukuman-Nya (1, 10)


A’                     Disampaikan kepada pendengar/Israel (9:15)


Penjelasan:

A.       Tuhan Allah berfirman kepada Amos melalui penglihatan “Kulihat Tuhan berdiri dekat mezbah, dan Ia berfirman:…” Tuhan Allah di dalam perikop ini menyatakan bagaimana kedaulatan dan kuasa-Nya untuk melaksanakan apa ketetapan-Nya. Kedaultan Tuhan Allah yang dinyatakan di dalam pasal 9 ini ialah mengenai hukuman yang Ia sediakan bagi orang-orang berdosa, dan kasih setia dan keselamatan yang disediakan-Nya bagi orang-orang benar.
A’   Firman Tuhan Allah yang disampaikan kepada Amos melalui penglihatan ini, akhirnya disampaikan kembali kepada bangsa Israel pada saat itu, “firman Tuhan, Allahmu.”

B.        Tuhan Allah menghukum orang-orang berdosa, sekalipun mereka berusaha untuk menghindar daripara hukuman itu, Tuhan Allah tetap tidak akan meluputkan salah satu pun dari antara mereka. Dikatakan “sekalipun mereka,…. Aku akan”.
B’    Pada akhirnya Tuhan Allah akan memunahkan semua orang yang termasuk bangsa Israel yang hidup bercela di hadapannya. Mereka akan dibunuh dan terbunuh, “...dan sisa-sisa mereka akan Kubunuh dengan pedang;…”, juga “Oleh pedang akan mati terbunuh semua orang berdosa di antara umat-Ku…”.

C.        Di dalam kedaulatan-Nya untuk menghukum, Ia teta memegang janji keselamatan bagi umat yang tetap setia hidup benar di hadapan-Nya. Ia berjanji akan melakukan-Nya, dikatakan “Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel…”.
C’    Tuhan Allah akan melaksanakan janji-Nya, yakni misalnya dengan cara “mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; menutup pecahan dindingnya, mendirikan kembali reruntuhan,….”. Dengan kata lain, Tuhan Allah akan mengembalikan kejayaan bangsa Israel kembali apabila mereka tetap setia kepada-Nya.
Bab IV
TAFSIRAN DAN REFLEKSI
4.1  Tafsiran
9:1-6 : Penglihatan kelima: Tuhan dekat mezbah
Bagian ini menceritakan tentang penglihatan kelima yang diterima Amos. Dari penglihatan pertama hingga kelima, penglihatan-penglihatan itu bergerak semakin lama semakin buruk. Penglihatan kelima ini adalah puncaknya – kesudahan dari segala sesuatu. Penglihatan kelima itu, ibarat Amos yang sedang menghadapi kenyataan yang tidak terelakkan itu, berdiri di depan liang lahat, menyaksikan peti jenazah diturunkan. Itulah akhir dari segala sesuatu.
Dalam penglihatan kelima ini, Amos melihat “Tuhan berdiri dekat mezbah” (ay. 1). Ini menunjukkan bahwa pusat dari penglihatan ini adalah sebuah mezbah. Mezbah atau altar itu adalah tempat orang mempersembahkan kurban kepada Allah. Bagi umat Israel, mezbah adalah hal yang penting terkait dengan penghapusan dosa mereka. Karena itu walaupun mereka tinggal di tempat yang jauh, mereka akan selalu menyediakkan diri untuk datang ke Bait Allah dan mempersembahkan kurban di atas mezbah. Bait Allah selalu menjadi tempat mereka bisa merasakan kedamaian di dalam hati karena tempat itu adalah tempat pertemuan anatara Allah dengan umat-Nya.
Namun dalam penglihatan Amos yang kelima ini, sayangnya hal ini tidak yerjadi. Mezbah memang masih terlihat, tetapi bukan suasana damai yang dipancarkannya, melainkan kehancuran. Dalam penglihatan Amos, mezbah itu sendiri yang justru pertama kali akan dihancurkan oleh Allah, seperti yang dikatakan “pukullah hulu tiang dengan keras, sehingga ambang-ambang bergoncang, dan runtuhkanlah itu ke atas kepala semua orang”. (ay. 1). Degan memukul hulu tiang, maka seluruh bangunan akan hancur. Itu berarti bahwa seuruh orang yang ada dalam tempat ibadah itu akan hancur pula. Tidak ada seorang pu yang dapat melarikan diri atau meluputkan diri. Ke mana pun mereka mencoba untuk mengunsi dan menyembunyikan diri, tangan Tuhan itu akan mencapai mereka. Bahkan, sekalipun mereka menembus sampai ke dunia orang mati, tangan Tuhan akan mengambil mereka dari sana juga sekalipun mereka naik ke langit, Tuhan akanmenurunkan mereka dari sana. Sekalipun mereka bersembunyi di puncak gunung Karmel, Tuhan juga akan mengusut dan mengambil merek dari sana. Sekalipun mereka menyembunyikan diri terhadap mata Tuhan di dasar laut, Dia juga akan memerintahkan ular untuk memagut mereka di sana. Bahkan sekalipun mereka sudah menjadi tawanan, tetap saja Tuhan akan menuntut balas mereka atas semua perbuatan yang telah mereka lakukan kepada-Nya. (ay 2-4).[20]
Tindakan Tuhan yang mengambil keputusan untuk pertama-tama menghancurkan mezbah menarik untuk kita perhatikan. Mezbah adalah tanda kehadiran Tuhan, suatu tempat yang kudus. Namun, megapa Dia malah menhancurkan mezbah itu/ dalam hal ini kita melihat bahwa memang tidak cukup bagi orang Israel mempersembahkan kurban binatang di atas mezbah, tetapi hati mereka menjauh dari Tuhan. Dia lebih menghendaki keadilan dan kebenaran daripada kurban. Lagi pula, Dia memang tidak dapat disenang-senangkan atau disuap dengan kurban-kurabn bakaran dan ibadah-ibadah itu.
Hal ini mirip dengan apa yang diungkapkan Nabi Yeremia bahwa Tuhan akan menghancurkan Bait Allah karena mereka sudah menjadikan Bai Allah itu sebagai sarang  penyamun. “Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini?” (Yer. 7:11). Degan demikian, menjalankan ibadat di Bait Allah tidak otomatis menjamin mereka akan selamat sebab Tuhan, bahkan tidak merasa sayang untuk menghancurkan Bait Allah.
Ayat 5-6 merupakan nyanyian yang berisi kata-kaa yang mengagungkan kedahsyatan da kemahakuasaan Tuhan. Nyanyian tentang kedahsyatan dan kemahakuasaan Tuhan selama ini telah diremehkan orang Israel. Mereka terlalu percaa dan merasa aman dengan kekuatan mereka sendiri. Sekarang, mereka baru merasakan kemahadahsyatan dan kekuasaan Tuhan itu kali ini tidak ditunjukkan untuk melindungi Israel, tetapi untuk menghancurkan dan menghukum mereka.
Dengan penglihatan tentang penghancuran tempat-tempat suci itu, Israel diajak untuk menyadari tentang kepercayaan palsu yang selama ini mereka anut. Sebagai bangsa pilihan Tuhan, mereka adalah bangsa yang istimewa. Apalagi ditengah bangsa mereka ada bait Suci yang melambangkan kehadiran Allah dan menjadi jaminan bahwa Dia selalu dipihak mereka. Namun, itu semua adalah kepercayaan yang palsu. Mereka memang betul adalah umat pilihan Tuhan dan Bait Allah memang betul adalah simbol kehadiran-Nya, tetapi itu semua tidak menjamin bahwa Allah pasti selalu memihak kepada mereka dan apa pun yang mereka lakukan pasti selalu memihak mereka dan apa pun yang memreka lakukan pasti selalu dibela Allah. baik status sebagai umat Allah atau pun mempunyai Bait Suci yang menjadi lambang kehadiran Allah, itu semua tidak berarti apa-apa jika perbuatan mereka tidak menunjukkan bahwa sungguh Allah hadir dan berkuasa dalam diri mereka. Bahkan, mereka justru telah menistakan kehadiran-Nya di tengah mereka. Karena itulah, Allah pun tidak segan untuk menghancurkan tempat-tempat kudus itu yang sekaligus juga menghancurkan setiap orang Israel.[21]
Amos 9:7-10 : Bangsa Pilihan Ditolak Allah[22]
Dengan hukuman yang seperti ini, Amos memperlihatkan bahwa seolah-olah status orang Israel sebagai umat pilihan Allah (am Yahwe), yang sangat mereka bangga-banggakan, tidak berlaku lagi. Tuhan mengatakan, "Bukankah kamu sama seperti orang Etiopia bagi-Ku, hai orang Israel?" demikianlah firman TUHAN. "Bukankah Aku telah menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir, orang Filistin dari Kaftor, dan orang Aram dari Kir? (ayat. 7). Allah memang telah menuuntun orang Israel, khususnya dari perbudakan Mesir, tetapi itu tidak berarti hanya Israel satu-satunya bangsa yang dipimpin Tuhan. Allah juga memimpin orang Filistin dari Kaftor. Allah juga membebaskan orang Aram dari Kir. Dengan demikian, apa yang orang Israel sangka tentang kedudukannya yang istimewa itu, sebetulnya tidak lagi terlalu istimewa. Israel tidak lebih hebat daripada orang Etiopia, Filistin, dan Aram.
Pernyataan ini sangat menarik karena menjungkirbalikkan pemahaman orang Israel tentang dirinya dan bangsa-bangsa lain. Sebelumnya Israel selalu menganggap bahwa bangsa-bangsa lain adalah bangsa kafir yang tidak mengenal Allah (Goyim). Mereka selalu menyebut bangsa-bangsa itu dengan nada merendahkan atau mengejek. Bahkan, Israel juga memandang bangsa-bangsa itu sebagai bangsa yang bar-bar atau tidak beradap. Tetapi sekarang, Tuhan mengatakan bahwa semua bangsa itu sama dihadapanNya. Sama seperti Tuhan yang membebaskan Israel dari Mesir, Dia juga membebaskan bangsa-bangsa lain. Dengan demikian, dia bukan hanya Tuhan Israel melainkan juga Tuhan bangsa-bangsa lain.
Hal ini tidak berarti bahwa Allah itu ingkar janji dan membatalkan pengangkatan Israel itu sebagai umat pilihan. Tetapi memang sejak awal, dan itu sudah sering ditekankan pada waktu yang lampau bahwa, ketika kita dipilih sebagai umat Allah, itu bukan hanya berarti kita dapat menuntut kepadaNya untuk memberlakukan kita secara istimewa, melainkan juga ada tanggung jawab yanga besar yang harus kita lakukan. Justru karena Israel itu dipilih Allah, Israel harus menjadi panutan, contoh bagi bangsa-bangsa lain, yang menunjukkan bagaimana seharusnya hidup sebagai umat Tuhan.
9:11-15 : Janji Mengenai Keselamatan
Setelah pemberitaan Amos tetang kehancuran, ia juga memberitakan tentang pengharapan. Amos mengatakan, “Tetapi Aku tidak akan memusnahkan keturunan Yakub sama sekali” (ay. 8). Ini meunjukkan walaupun Alah sangat murka dan penghancuran itu bisa menjadi penghancuran yang sangat dahsyat, pengharapan itu selalu ada. Tuhan tidak akan menghancurkan seluruhnya, tetapi tetap ada sebagian orang yang diselamatkan. Kitab Yesaya menyebut sebagian orag yang diselamatkan ini, yang memang sangat kecil jumlahnya, dengan istilah ‘sisa Israel’. Orang-orang ini meruakan orang-orang yang sudah lulus dari “saringan yang sangat ketat” yang tetap menjaga diri mereka untuk berlaku adil dan benar. (ay. 9).
4.2  Refleksi
Kalau kita merasa bahwa kita adalah umat Allah, gereja yang selalu menyebut dirinya sebagai tubuh Kristus, mempunyai status yang istimewa di hadapan Allah, itu memang benar. Namun, ingatlah juga bahwa itupun berarti ada tanggung jawab yang lebih besar yang dituntut dari kita. Kita harus mampu untuk menjadi saksi Kristus yang baik. Menjadi saksi adalah panggilan yang sangat terhormat. Kalau kita diangkat menjadi saksi, itu berarti kita diutus dan diangkat untuk menjadi duta yang mewakili sang Raja. Kalau jabatan terhormat itu kemudian kita salah gunakan, dan dengan tingkah laku kita yang tidak baik justru memberikan kesan yang buruk tentang Raja yang mengutus kita, kita dapat mengerti kalau sang Raja itu bisa menjadi sangat kecewa.
Apa yang dinubuatkan Amos kepada Israel ini juga menjadi pengingat bagi kita bahwa sesungguhnya tidak satu pun simbol suci itu mampu menyelamatkan kita ataupun menghindarkan kita dari penghukuman karena perbuatan kita yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Baik aktivitas gerejawi ataupun ketaatan religius tidak bisa memberikan keselamatan bagi kita. Di hadapan Tuhan, perbuatan kita untuk menegakkan keadilan dan kebenaran jauh lebih utama daripada semuanya itu.
Dalam hal ini, kita bisa belajar bahwa masalah keselamatan itu tidak bergantung pada jumlah. Untuk itu, kita tidak perlu takut kalau kita menjadi minoritas. Jangan hanya karena jumlah kita kecil itu membuat kita begitu saja mengikuti yang besar atau arus yang kuat, yang memang sering mempunyai daya tariknya sendiri. Padahal, itu membawa kita kepada kebinasaan. Sedahsyat apa pun peghukuman Tuhan, tetap tidak dapat menghalangi diri-Nya untuk menyelamatkan. Dia memang bisa menghancurkan, tetapi sekaligus juga mau menyelamatkan.
Inilah pengharapan yang senantiasa mengiringi kehidupan kita sebagai orang beriman, bahwa suatu hari kelak keselamatan pasti akan datang bagi mereka yang benar. Hal ini tentu menjadi kekuatan tersendiri bagi kita yang selama ini harus terus bergumul dan mengalami banyak penderitaan karena memilih untuk bersikap adil dan benar. Teruslah berjuang karena keselamatan itu pasti datang bagi kita yang berlaku adil dan benar.[23]


Bab V
KESIMPULAN
            Bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk mengetahui dengan pasti seperti apa proses terjadinya kitab Amos ini, terlebih khusus perihal penulis. Sekalipun di dalam kitab Amos disebutkan secara langsung bahwa ini merupakan nubuatan nabi Amos, namun ternyata ada indikasi-indikasi lain dari dalam kitab tersebut yang memperlihatkan suatu kenyataan yang berbeda. Kendati pun demikian, sudah pastilah penulis kitab Amos ini telah diwahyukan oleh Tuhan ALLAH untuk menyampaikan sabda-Nya kepada umat-Nya yakni Israel pada saat itu.
            Melalui penulis kitab Amos, Tuhan ALLAH menyatakan ketetapan-ketetapan-Nya kepada bangsa Israel. Dan di dalam pasal 9 ini, dapat dilihat bahwa ada dua ketetapan ALLAH bagi bangsa Israel pada saat itu, yakni penghukuman dan janji keselamatan. Kepada mereka yang membelakangi ALLAH, akan diberikan penghukuman. Dan kepada mereka yang hidup benar di hadapan-Nya, Ia menjanjikan keselamatan dan pemulihan hidup.
            Firman Allah ini pun tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel beserta dengan kondisi hidup mereka pada saat itu, tetapi juga kepada kita pada saat ini. Tuhan Allah tetap menunjukkan kedaulatan-Nya dari zaman dahulu kala, sekarang, dan pada masa yang akan datang.    
DAFTAR PUSTAKA

Boland,  B.J., Tafsiran Alkitab: Kitab Amos, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997)
Darmaputera, Eka., Mencari Allah: Pemahaman Kitab Amos Tentang Mencari Keadilan dan Kebenaran. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012)
Douglas, J.D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I A-L, (Jakarta: YKBK, 1995)
Douglas, J.D. dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II M-Z (Jakarta:YKBK, 1995)
Ludji, Barnabas., Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009)
Mays, James L., The Old Testament Library Amos, (London: SCM Press Ltd, 1969)
Santoso, Agus., Satu Iota Tak Akan Ditiadakan, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, (Cipanas: STT Cipanas Press, 2014)
Thorogood, Bernard., A Guide To Amos, (London: Hollen Street Press Ltd, 1992)


[1] Bernard Thorogood, A Guide To Amos, (London: Hollen Street Press Ltd, 1992), 1.
[2] Ibid, 3.
[3] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 47.
[4] Ibid.
[5] B.J Boland,  Tafsiran Alkitab: Kitab Amos, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 4.
[6] Bernard Thorogood, 10.
[7] Ibid, 11.
[8] James L.Mays, The Old Testament Library Amos, (London: SCM Press Ltd, 1969), 13.
[9] Ensiklopedi Alkitab Masa kini Jilid 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi  Bina Kasih, 122013), 44.
[10] Barnabas Ludji, 54.
[11] Ibid, 51.
[12] J.D. Douglas,dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II M-Z (Jakarta:YKBK, 1995), 570.
[13] Barnabas Ludji, 52.
[14] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I A-L, (Jakarta: YKBK, 1995), 44.
[15] Barnabas Ludji, 52.
[16] Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 182015), 159.
[17] Barnabas Ludji, 52.
[18] Pdt.Dr. Agus Santoso, Satu Iota Tak Akan Ditiadakan, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, (Cipanas: STT Cipanas Press, 2014), 55.
[19] Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), 43.
[20] Eka Darmaputera, Mencari Allah: Pemahaman Kitab Amos Tentang Mencari Keadilan dan Kebenaran. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 123-124.
[21] Eka Darmaputera, 125-124.
[22] Ibid, 128-129.
[23] Eka Darmaputera, 132-134.

1 komentar:

  1. The Star Gold Coast announces new gaming - JtmHub
    The 보령 출장마사지 Star Gold Coast 여수 출장안마 and its sister properties, 포천 출장샵 The Cosmopolitan, will be Jumba Gold 제천 출장샵 Coast Casino and Hotel and Casino 제주 출장샵 are the two most

    BalasHapus