1-13 James Hudson Taylor lahir pada 21 Mei
1832 di Barnsley, Inggris. Orang tuanya ialah James Hudson dan Amelia Taylor.
Ia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, adiknya yang pertama bernama
Amelia, dan kedua Louisa. Kelahiran Hudson merupakan harapan yang dibawa di
dalam doa oleh kedua orang tuanya. Ia tumbuh sebagai seorang anak yang patuh,
aktif, dan dekat dengan Tuhan. Sedari kecil ia sudah memiliki keinginan untuk
menjadi misionaris, hal ini disebabkan karena ia sering mendengar percakapan
ayahnya mengenai misi Kristen dengan rekan-rekannya. Namun pertumbuhan iman
Hudson tidak berjalan mulus begitu saja. Sesekali ia mengalami pergumulan iman
yang berat. Terutama sekali ketika ia telah berusia 15 tahun dan bekerja di
salah satu bank Barnsley. Di sana ia memiliki rekan-rekan kerja yang
mengolok-olok agamanya. Dan banyak hal yang ia dengarkan, yang sebelumnya ia
tidak ketahui. Sehingga hal tersebut mengganggunya dan membuat persepsinya
tentang Kristen hampir berubah drastis. Ia hampir-hampir tidak percaya lagi.
Bahkan adiknya, Amelia, yang telah tinggal di asrama ikut mendoakan dia. Ibu
dan ayahnya pun bergumul dan selalu membawa Hudson di dalam doa agar ia kembali
percaya.
14-18 Setelah dua tahun ia bergulat dengan
pergumulannya itu, ia akhirnya pada suatu hari membaca suatu risalah Injil. Di
dalamnya ia membaca kisah seorang yang menyadari akan penebusan Kristus. Hal
itu pada akhirnya membuat Hudson kembali menghayati kasih Kristus di dalam
hidupnya. Seiring waktu ia terus memikirkan hal itu, dan akhirnya berkeputusan
untuk kembali kepada Kristus. Mendengar itu keluarganya sangat bersukacita dan
bersyukur. Pada 1849 Hudson kembali menghadapi pergumulan karena kehadiran
seorang saudara yakni John tinggal di rumahnya. John adalah orang yang sembrono
dalam berbicara dan tidak cocok untuk jiwa Hudson yang baru saja pulih. Hudson
kembali bergumul, dan memaksakan diri untuk tetap percaya. Sesekali ia merasa
imannya kering, namun ia terus berusaha untuk tetap di jalan Kristus. Suatu
hari ia tidak bekerja karena sedang sakit. Di dalam kamar ia sendiri dan
menghabiskan waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Namun sedikit berbeda,
ia merasakan benar-benar hadirat Tuhan memenuhinya. Ia berdoa “izinkanlah aku
melakukan sesuatu untukMu…” Hudson merasa tiba-tiba ada suatu gejolak dalam
hatinya untuk melayani Tuhan. Dan ia pun merasa bahwa Tuhan telah memanggilnya
ke Tiongkok.
19-22 Gereja Nestorian diterima dan tersebar
luas di Tiongkok pada tahun 635 yang dibawakan oleh A-lo-pen, melalui Kaisar
Tang yang menerima ajaran Nestorian. Nestorian berciri khas biara, dan ini
tidak asing dalam kalangan Buddhis. Pada 845 Gereja Nestorian mengalami
kemunduran karena kaisar yang baru naik takhta memutuskan menentang ajaran
Buddhis, sehingga biara-biara ditutup. Pada abad 13 Genghis Khan yang sangat
menghargai agama, kembali mengijinkan semua agama masuk ke Tiongkok. Setelah
itu, pengaruh Nestorian mengalami pasang surut sesuai dengan apakah kaisar
menentang atau mendukung. Salah seorang lain ialah Mattew Ricci yang memulai
misinya pada 1557. Ia mengalami kesulitan untuk menyesuaikan pengajaran Injil
dengan kebudayaan. Kemudian setelah Ricci yaitu Johann Adam Schall yang adalah
seorang astronom.
23-30 Tahun 1647 Paus untuk pertama kalinya
mengangkat uskup orang Tionghoa. Namun, pertentangan berlanjut tentang
istilah-istilah Tionghoa mana yang akan dipakai Tuhan dalam liturgi, dan sampai
sejauh mana orang-orang Kristen Tionghoa dapat melaksanakan tradisi kuno. Ayah
Taylor sering bercerita kepadanya tentang misionaris Protestan pertama di
Tiongkok, Robert Morrison, yang tiba di Canton dengan sebuah kapal Amerika pada
September 1807. Lebih 25 tahun Morrison tinggal di sana, satu-satunya tempat
berpijak di daratan Tiongkok bagi orang-orang Eropa. Tapi setelah Morrison
meninggal tahun 1834, prospek penginjilan di Tiongkok sama pudarnya seperti
ketika Morrison baru menginjakkan kaki di sana. Selama masa remajanya, Hudson
mengenal nama Dr.Charles Gutszlaff, seorang anggota Netherlands Missionary
Society dan kemudian menjadi juru bahasa pada Pemerintah Inggris di Hongkong.
Sayang Gutzlaff diperdayai habis-habisan oleh para penginjil Tionghoa, anggota
organisasinya. Rasa permusuhan bangsa Tionghoa terhadap orang asing terjadi di
luar Guangzhou. Perang berakhir dengan penandatangan Perjanjian Nanjing tahun
1842, yang memberi sejumlah keuntungan bagi orang-orang Barat di Tiongkok.
Sudah tentu para misionaris menyesalkan perang itu, namun mereka percaya bahwa
Tuhan telah mengizinkan hal yang menyedihkan itu untuk membuat Tiongkok terbuka
bagi Injil. Berita tentang perjanjian itu membuat orang-orang Kristen Inggris
siaga akan kesempatan yang baru itu. Terkesan oleh kesempatan-kesempatan ini,
para usahawan Inggris menerbitkan sebuah majalah, The Gleaner is the Missionary Field, untuk meningkatkan misi-misi
luar negeri. Pendeta jemaat Barnsley juga memiliki sebuah buku karangan tukang
cetak Medhurst. China: Its State and
Prospects yang menekankan nilai misi-misi kesehatan, dan Taylor memutuskan
untuk memusatkan diri pada pelajaran-pelajaran medis sebagai persiapan ke
Tiongkok.
34+ 1851 Taylor datang menemui Robert
Hardley untuk bekerja. Dr.Hardley tinggi, penuh semangat, dan mempunyai rasa
humor, sehingga Taylor segera suka padanya. Taylor mulai melakukan tugasnya
yang baru, menyalurkan obat-obatan, membukukan pengeluaran dan pemasukan uang,
juga belajar kedokteran. Majalah The
Gleaner kini diterbitkan oleh Lembaga Tionghoa. September 1851 majalah itu
memberitakan bahwa Lobscheid telah tiba di Inggris. Taylor memutuskan untuk
pergi ke London untuk menemui Lobscheid. Selain itu ia pun memiliki kerinduan untuk
menempuh pendidikan kedokteran di London. Ayah Hudson menawarkan untuk
menanggung semua biayanya selama di London. Komite CES juga menawarkan untuk
memikul biayanya. Hudson menyurati ayahnya dan CES, meminta waktu beberapa hari
untuk mendoakan hal itu. Hudson mendafttar untuk pelayaran dari Hull ke London.
49-50 Pamannya, Benjamin, menyambut
keponakannya dan mengantarnya ke kamar-kamar yang bersebelahan dengan kamarnya
sendiri. Segera Taylor pergi mencari kantor CES, dan meminta ibu dan Dr.Hardley
menulis surat atas nama dirinya. Dua hari kemudian, sekretaris CES, Charles
Bird memberitahukan bahwa ia diterima.
51-57 Taylor hidup hemat. Beberapa minggu di
London, bekas induk semangnya, Ny.Finch, meminta bantuannya, yakni mengirim dan
mengambil uang. Di dalam melaksanakan tugasnya ini, Taylor seringkali merasa
letih. Selain karena padatnya pekerjaan, juga karena Taylor yang semakin hemat
hari demi hari, terlebih khusus porsi makannya yang sudah sangat sedikit.
Bahkan ia pun pernah hampir sekarat karena jatuh sakit. Ia bergumul dengan
kesehatan dan perekonomiannya yang tipis, dan tidak ingin keadaannya diketahui
oleh keluarganya. Ia yakin bahwa Tuhan pasti akan menolong.
58+ Berita dari Tiongkok sungguh
menggiurkan. Dalam The Gleaner CES
menghimbau para misionaris untuk segera datang. The Times menyebutkan “revolusi terbesar yang pernah disaksikan
oleh dunia”, dan banyak orang Kristen berpendapat keadaan itu memperbaiki
prospek penginjilan di Tiongkok. Perkembangan-perkembangan yang terjadi di
Tiongkok menimbulkan perhatian dan gairah besar di kalangan masyarakat Kristen
di Inggris, Eropa dan Amerika. The
Gleaner paling banyak melaporkan rincian berita tentang apa yang sedang
terjadi, dan Taylor sangat terdorong untuk melepaskan kuliah kedokterannya dan
segera berlayar ke Tiongkok. Kemudian tibalah surat dari Charles Bird. Komite
telah mengambil keputusan. Mereka bersedia mengutus dia ke Tiongkok sesudah
setelah ia menyelesaikan semua urusannya di London.
68+ Di dalam perjalanan berlayar, kapal
yang ditumpangi Taylor menghadapi keadaan iklim yang kurang baik dan banyaknya
batu-batu karang. Sesekali cuaca membaik, namun angin tidak kunjung reda.
Banyak terjadi kerusakan, bahkan penumpang banyak yang terluka. Taylor berusaha
melakukan apa yang dapat ia lakukan. Mulai menolong awak kapal, hingga mengobati
para penumpang yang jatuh sakit. Ini cukup membuat ia kerepotan. Mereka
merayakan Natal tahun 1853 dengan menyembelih seekor dari beberapa babi yang
dibawa dalam kapal itu.
78-79 Sabtu, 25 Februari, mereka membuang
sauh di luar Pulau Gutzlaff, dekat muara Yangzi, 28 kilometer dari Shanghai.
Namun, Rabu, 1 Maret 1854, mereka tiba di Wusong lalu sebuah kapal penghubung
kecil membawa Taylor mengarungi sungai Huangpu ke Shanghai. Kini ia telah tiba
di Tiongkok.
86-88 Turun ke darat salah satu dermga
Shanghai, Hudson menuju ke tempat di mana sebuah bendera Inggris berkibar di
kejauhan. Saat mendekati konsulat Inggris itu, ia berharap menerima surat-surat
dari keluarganya dan dari CES uang memberinya kuasa untuk menerima uang dari
perwakilan lembaga itu di Shanghai. Di sana ia bertemu dengan Dr. William
Lockhart, ahli bedah yang telah mendirikan rumah sakit di Shanghai. Ia pun
menginap di rumahnya untuk beberapa hari.
89-91 Sesudah itu Hudson harus mencari rumah,
mengatur keuangannya dengan perwakilan CES, belajar bahasa dan adat istiadat
Tionghoa agar dapat mandiri tanpa bantuan misionaris LMS dan CMS. Para
misionaris lainnya di Shanghai berpendidikan tinggi dan terpaut gereja
Anglikan, atau dengan lembaga-lembaga misi yang besar dan mapan. Taylor memang
cerdas dan berpendidikan cukup, tapi ia tidak mempunyai gelar universitas atau
akademi, dan tidak memperoleh titel dalam bidang medis.
102-105 CES akhirnya menaikkan tunjangan Taylor
untuk tingkat sederhana. Pada musim
wabah kolera melanda Sanghai, dan istri Burdon juga menjadi korban
meninggal dunia. Burdon memutuskan meninggalkan rumahnya di LMS dan memberinya
pada Taylor. CES kembali mengirimkan misionaris ke Tiongkok, yakni Dr. William
Parker. Mereka memiliki banyak perbedaan, Parker seorang Presbyterian, dokter
penuh dengan gelar MD, sementara Taylor tanpa denominasi dan belum
menyelesaikan latihan medisnya.
106-110 Joseph Edkins dan Hudson Taylor berencana
untuk datang ke pedalaman dan melihat keadaan di sana. Mereka membawa lebih
dari separuh 3.000 kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Tionghoa, serta
persediaan lainnya. Karena angina sakal dan arus yang tidak memungkinkan,
mereka menambatkan jung di tepi sungai. Mereka mengunjungi dusun-dusun kecil di
pinggir sungai Huangpu, berkhotbah dan menyebarkan selebaran Alkitab. Esoknya,
mereka berlayar kembali dan tiba di Songjiang yang adalah kota tua. Mereka
disorot oleh masyarakat, ini membuat mereka memiliki kesempatan untuk
memberitakan Injil. Edkins berkhotbah dan Taylor membagikan selebaran. Ketika
mereka berjalan-jalan, mereka masuk ke dalam dermaga tambang pribadi. Mereka
ditangkap dan dicegah lari. Sesekali sempat berhasil, namun tertangkap lagi
oleh kerumunan orang banyak. Hingga akhirnya mereka bertemu dengan Dzien
(mantan guru bahasa Taylor), dan Dzien berusaha menenangkan massa itu. Hudson
dan Edkins akhirnya kembali memberitakan Injil. Di Jiashan mereka menjumpai suatu iring-iringan. Salah
seorang di antara mereka mendekati Hudson dan Edkins, dan memperingati mereka
untuk tidak pergi ke Jiaxing. Namun karena mereka bergegas pergi, mereka diberi
beberapa pengiring untuk menolong mereka. Mereka akhirnya ke sana, dan ternyata
berbondong-bondong orang mengikuti mereka. Edkins berkhotbah, Taylor mengobati
orang-orang sakit. Beberapa pembesar datang berbicara kepada mereka, mereka
merendahkan suaranya dan berkata, “Buku-buku Anda benar. Kata-kata Anda adalah
kebenaran.” Hudson Taylor dan Edkins akhirnya kembali berusaha melakukan
perjalanan-perjalanan yang lebih jauh lagi ke pedalaman.
111-114 Perjanjian Tianjin (Tientsin) dan Konvensi
Peking dari tahun 1858-60 secara khusus memperkenankan orang-orang asing bebas
melakukan perjalanan ke pedalaman Tiongkok dan menjamin toleransi terhadap
agama Kristen. Orang yang mengajarkan dan mengamalkannya berhak mendapat
perlindungan dari penguasa Tiongkok. Namun satu kendala bagi penerima Injil
tetap: kenyataan bahwa Inggris dalam pikiran orang Tionghoa berkaitan dengan
perdagangan candu. Taylor, Alexander Wylie dan John Burdon memperoleh izin
melakukan penginjilan di pedalaman selama satu minggu, dan mereka menuju ke arah
barat daya. Keadaan Shanghai yang saat itu sedang kacau dan penuh dengan
peperangan serta pembunuhan mengagetkan mereka. Mereka pun berusaha membangun
kembali. Taylor dan Parker berusaha membantu sebisa mereka, baik dengan medis,
pendidikan, maupun dalam hal materi.
115-121 Setelah dari situ mereka pergi ke gunung di
pantai utara. Di sana banyak mereka temui berhala-berhala yang disembah. Taylor
diminta oleh seorang biksu Buddha untuk melakukan hal demikian. Taylor berkata
kepada massa bahwa Allah mengasihi mereka. Kemudian Burdon berkhotbah dalam
bahasa Sanghai. Keesokan harinya mereka ke Tongzhou, kota yang dikenal sebagai
“sarang Iblis”. Mereka pun telah banyak menerima peringatan untuk tidak ke
sana, namun mereka tetap pergi. Sampai di Gerbang Barat, mereka dikepung oleh
selusin orang bertampang keras, dan mendesak mereka ke kota. Di sepanjang
perjalanan sedang mereka dihajar, massa meneriaki mereka agar dibunuh, atau
dibawa ke kantor hakim. Setelah Taylor mengambil kartu jatidirinya, akhirnya
mereka diperlakukan dengan sedikit hormat. Mereka digiring hingga ke tempat
tinggal seorang pembesar, dan ke kota. Mereka digiring menghadap Chen da laoye (Bapak Chen Yang Maha
Mulia). Mereka diperlakukan dengan sopan. Mereka menjelaskan tujuan kunjungan
mereka, dan memberi Chen bahan bacaan, yakni satu Perjanjian Baru dan beberapa
traktat, serta mencoba mengikhtisarkan ajaran Kristen. Chen mendengar dengan
sopan dan memerintahkan pegawainya untuk memberi hidangan. Mereka pun diizinkan
untuk menyebarkannya ke seluruh kota.
122-124 Hudson Taylor kembali melakukan perjalanan
menyusuri muara sungai Yangzi. Ia berhenti di Zhangjiasi. Belum pernah ada
orang asing masuk ke sana. Taylor datang ke rumah seorang mantan pembesar, dan
memberikan beberapa buah buku. Kemudian Taylor pun diberikan buku 10 jilid
serangkaian ilmu astronomi. Mereka berbincang-bincang dan terjalinlah
persahabatan antara mereka. Pembesar itu berkata “Yesus adalah Guru Anda,
Confusius adalah guru kami.” Taylor berkata “Yesus bukan orang Inggris, tetapi
Yahudi. Ia bukan hanya manusia, tetapi Tuhan yang sempurna.” Taylor
menceritakan mujizat -mujizat yang dilakukan Yesus.
125-127 Juni 1855 Taylor, Burdon dan Parker
berkunjung ke Ningbo yang adalah salah satu kota terindah di Tiongkok. Pertama
yang tiba di sana ialah lembaga misi Baptis dan Presbyterian Amerika oleh Dr
Macgowan dan Dr McCartee. Mereka disambut oleh para misionaris yang ada di
sana. Para misionaris Ningbo bekerja sama, meskipun dari latar belakang dan
lembaga yang berbeda. Bulan berikutnya Taylor kembali ke Sanghai. Daerah itu
dilanda penyakit kolera. Taylor menekankan pentingnya penyelamatan segera dari
dosa dan segala konsekuensinya.
128-130 27 Juli, Hudson Taylor mengambil keputusan
bahwa ia akan menyewa rumah di pedesaan, menjalankan pekerjaan pengobatan dan
penginjilan, mengenakan pakaian Tiongkok dan memakai bianzi (kucir). Tragedi
terjadi ketika Taylor mengambil satu botok raksasa amonia dari rak dan
membukanya, sumbat botol melompat dari tangannya. Gas dan amonia cair memancar
keluar terkena mata, hidung, mulut, rambut dan pakaiannya. Hampir-hampir ia
buta, namun ia berusaha sampai di dapur dan mencemplungkan kepala, bahu dan
lengannya. Ini menyelamatkan jiwanya. Segera sesudah itu Parker datang dan
merawat Taylor hingga pulih.
131-136 Rambut Taylor semakin panjang sehingga bisa
dicukur sesuai dengan orang Tionghoa. Ia mengenakan pakaian pakaian seperti
orang Tionghoa juga. Kemudian, setelah lebih dari empat hari berlayar,
rombongan Hudson tiba di Ganpu, berpisah dengan Parker. Dengan menggunakan
pakaian Tiongkok, ditambah pengetahuan medisnya, Taylor tidak mengalami
penolakan. Ia merasa Tuhan sangat memberkatinya. Ia mencurahkan isi hatinya itu
kepada ibu dan adiknya melalui surat. Banyak rekannya yang kaget melihat
penampilan Taylor yang benar-benar telah menanggalkan hidup ‘barat’nya. Ada
yang tidak senang, namun ada yang kagum. Salah seorang ialah William Berger. Ia
bahkan rela terus mengirimkan uang kepada Taylor untuk biaya Pendidikan dan
pekerjaannya.
136-139 Setiap hari Taylor mengajar tiga orang
Tionghoa yang baru Kristen, yaitu Guihua, Si dan Tsien. Ia juga masih tetap
berkhotbah kepada orang banyak. Si ikut berkhotbah mendampinginya, Tsien dan
Guihua dibaptis. Tsien dan Guihua sempat menemani Taylor selama sebulan di
pulai Chongming. Setelah kembali ke Shanghai, ia diminta untuk memberhentikan
penyewaannya di Chongming. Di sana juga ia telah disenangi banyak orang, dan
kedatangannya dinanti-nanti. Rekan-rekan Taylor banyak memberi penguatan kepada
Taylor melalui peristiwa ini. Hudson sangat menyayangkan karena telah banyak
benih yang ditaburkan di sana.
140-147 Hudson Taylor akhirnya menemukan seorang
sahabat yaitu Pendeta William Burns, pendeta Presbyterian Inggris pertama di
Tiongkok. Ia juga sangat terkenal. Taylor mempelajari khususnya tiga hal dari
Burns yaitu cara Burns yang sering menunjukkan tujuan-tujuan Tuhan dalam
pergumulan, pandangannya tentang penginjilan sebagai tugas akbar gereja, dan
pentingnya penginjilan awam. Mereka bersama-sama melayani Tuhan dan pada 1855
mereka berangkat dengan dua kapal. Di Nanxun, Burns mendengar ada pertunjukkan
asusila di hamparan sawah. Mereka nekat menghentikan orkes itu namun gagal.
Esoknya mereka kembali dan berkhotbah. Mula-mula ada yang mendengar, tapi
sesaat mereka diusir. Mereka berdoa, dan memutuskan bahwa Taylor akan
mencobanya lagi dengan menggunakan pakaian Tiongkok. Taylor berkhotbah, dan
berkali-kali ditentang, tapi ada beberapa orang yang setuju dengannya. Mereka
yang setuju mengikuti Taylor dan Burns. Mereka ingin mendengar lebih banyak
lagi tentang Yesus. Ada beberapa yang mengajukan pertanyaan, ada yang mendengar
saja. Salah seorang meminta Burns untuk berpakaian dan mencukur rambut seperti
Taylor. Burns akhirnya mengikuti teladan
Taylor. Taylor mengatakan kepada adiknya bahwa beberapa orang bersama-sama
mereka menekukkan lutut berdoa, dan mengaku bahwa mereka percaya akan kebenaran
ajaran mereka. Ini adalah bulan-bulan bahagianya.
147-149 Setelah kembali ke Shanghai, Taylor dan
Burns menghadiri kumpulan doa di rumah Dr Medhurst. Seorang kapten bernama
Bowers hadir dan meminta kelompok untuk berdoa bagi Shantou dan menekankan
potensi pelabuhan itu sebagai pusat bagi pekerjaan misi. Taylor yakin bahwa
Tuhan telah memanggilnya untuk melayani di Shantou. Pikirnya, ia akan
meninggalkan Burns. Namun setelah cerita kepada Burns mengenai panggilannya
itu, Burns mengakui bahwa ia pun memiliki panggilan yang sama. Mereka akhirnya
memutuskan untuk melanjutkan pelayanannya ke Shantou.
150-152 Pelayaran ke Selatan itu memakan waktu enam
hari. Tak seorang pun di antara mereka berdua yang mengerti dialek setempat.
Burns bisa berbahasa Kanton dan mereka berjumpa dengan seorang Kanton yang
kebetulan keluarga dari seorang pejabat yang paling tua di Shantou. Ia mencari
tempat tinggal bagi mereka. Menjelang akhir Maret 1856, mereka bertemu dengan
seorang petani tua yang bisa membaca dengan baik. Petani itu bersedia bekerja
sebagai guru bahasa Chanzhou bagi Hudson.
153-163 Hudson berangkat ke Ningbo dan bermaksud
menemuh rute uang biasa yaitu melalui Kanal Besar dan Hangzhou. Setelah empat
belas hari perjalanan, ia dan pelayannya, Youxi, sampai di kota besar bernama
Shinemwan. Youxi pergi ke Shimenxian untuk menemui temannya. Namun Hudson tidak
ingin ikut. Setelah beberapa hari mereka berpisah, Hudson memutuskan untuk
menemui Youxi, dan mendapati bahwa barang-barangnya pun tidak ada. Hudson
mengutus orang ke Shimenxian untuk mencari keterangan. Bahkan sempat
terpikirkan oleh Hudson untuk membawa persoalan ini ke petugas hukum, namun
tidak jadi. Akhirnya ia mengirim surat kepada Youxi tentang apa yang ia
pikirkan tentang Youxi.
165-168 Tepat ketika Hudson hendak berlayar ke arah
selatan ke Shantou lagi, tiba surat dari William Burns. Ia menulis bahwa ia
bersama dua rekan Tionghoa, telah ditangkap dan dipenjarakan. Hudson dianjurkan
agar jangan kembali ke Shantou untuk sementara waktu. Hudson, Jones dan anaknya
memutuskan untuk kembali ke Ningbo. Mereka berangkat dalam satu jung bersama seorang
pemuda Tionghoa bernama Peter, belum masuk agama Kristen. Peter bertemu dengan
Parker di Inggris dan dipekerjakan sebagai pelayan dan guru dalam perjalanan ke
Tiongkok. Dari kamarnya, Hudson mendengar jeritan dan suara kecebur. Peter
kecebur ke dalam kanal dengan kepala lebih dahulu. Para awak jung tak bisa
membantu. Dengan cepat Hudson menurunkan layar lalu terjun ke dalam air.
Kemudian ia melihat sebuah perahu nelayan yang mempunyai jala dan galah kaitan.
Para nelayan itu dengan santai mendekat dan menurunkan jala. Peter tertolong.
Usaha untuk menyelamatkan Peter gagal. Ia meninggal. Hudson kemudian menulis
“Kejadian ini sangat menyedihkan dan penuh arti penting, mengacu kepada
kenyataan yang jauh lebih menyedihkan. Bukankah nelayan-nelayan itu sesungguhnya
bersalah atas kematian Peter, karena mereka memiliki alat-alat penyelamatan
yang diperlukan tetapi tidak menggunakannya? Jelas mereka bersalah. Namun, mari
kita berhenti sejenak sebelum menghukum mereka, agar jangan lebih berat
daripada jawaban nabi Natan kepada raja Daud.”.
169-176 Memasuki Ningbo dari Gerbang Garam di
Timur, mengikuti jalan-jalan besar lewat pagoda kuno, menyeberangi kanal
melalui jembatan baru yang kasar, memasuki jalan kecil menuju Danau Mataharia
dan Danau Bulan, dan melewati kuil Konfusius yang besar. Secara tradisional,
hubungan antara rakyat Ningbo dengan orang-orang asing baik. Tapi banyak di
antara penguasa yang datang dari bagian-bagian lain negeri Tiongkok, tidak
mempunyai banyak waktu untuk orang asing; dan banyak orang Kanton bekerja di
wilayah Ningbo. Meskipun para misionaris mencela tindakan Inggris, mereka
dipandang mempunyai kesalahan yang sama seperti para saudagar asing dan
tentara.
217-222 Dalam bulan April ia merasa demikian sakit
sehingga ia ragu apakah masih mampu melewati musim panas. Suatu hasil
pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa sudah waktunya Hudson meninggalkan
Tiongkok, dan bulan Juni mereka memutuskan kembali ke Inggris. Hudson mengajak
seorang Kristen Tionghoa ikut mereka ke Inggris. Wang Lae-djun akan membantu
keluarga Hudson menerjemahkan lagu-lagu pujian dan buku-buku agama Kristen ke
dalam bahasa Tionghoa yang dipakai masyarakat biasa, juga memperbaiki
Perjanjian Baru Ningbo dan membantu misionaris-misionaris baru mempelajari
bahasa itu. Hudson berhasil mendaftarkan mereka di kapal Jubilee, kapal layar cepat yang baru dan indah bentuknya, mempunyai
tiga tiang layar yang terpasang persegi. Lae-djun tergugah ketika rombongan
kecil berjumlah empat orang itu naik kereta api ke London; ia belum pernah
melihat kereta api apalagi menaikinya.
224-225 Juli 1862, Hudson lulus ujian dan akhirnya
menjadi anggota penuh dari Royal College of Surgeons, “MRCS, Inggris”. Sekarang
ia bisa mencurahkan perhatian sepenuhnya merevisi Perjanjian Baru Ningbo.
Kemudian di tahun itu juga ia berhasil lulus ujian kebidanan Royal College of
Surgeons, sehingga ia dapat menambahkan gelar “LM(RCS)” di belakang namanya.
226-228 Keluarga Hudson dan Wang Lae-djun
melewatkan minggu yang patut dikenang dalam musim panas tahun 1863 sebagai tamu
George Muller di Briston. Kini sudah waktunya bagi Lae-djun untuk kembali ke
Tiongkok. Sebagai ucapan terimakasih untuk semua yang dilakukan Wang dalam
membantu revisi Perjanjian Baru Ningbo, Hudson ingin membuat minggu-minggu
terakhir Wang di Inggris segembira mungkin.
229-235 Hudson menyadari bahwa orang Tionghoa hanya
mungkin menjadi Kristen jika misionaris-misionaris datang ke sana dalam jumlah
besar dan masuk ke daerah pedalaman. Selain itu membujuk dewan lembaga-lembaga
misionaris untuk mengirim orang bekerja di sebelas provinsi di daratan Tiongkok
yang belum menerima Injil. Menjelang 1864, Hudson mulai berencana kembali ke
Tiongkok. Pada awal tahun 1865, Hudson menulis buku kecil yang kemudian
mempunyai pengaruh yang sangat besar, “China:
Its Spiritual Need and Claims”.
237-245 Tahun 1866 Hudson sudah sembuh total dari
sakit yang memaksananya pulang dari Tiongkok. Suatu hari sepucuk surat di rumah
Kolonel Puget kepada Hudson tiba. Surat itu membawa kabar baik. Sebuah kapal
bernama Lammermuir sedang merapat di
Pelabuhan London dan akan berlayar ke Tiongkok segera. Pertolongan yang tepat
bagi para misionarisnya dan semua tersedia baginya. Akhirnya Hudson memutuskan
untuk pergi kembali ke Tiongkok bersama dengan beberapa misionaris lainnya.
247-250 Senin, 10 September 1866, mereka berada
pada jarak beberapa hari pelayaran dari Shanghai. Di dalam perjalanan berlayar
pun mereka hampir-hampir mengalami indisen yang hampir merenggut nyawa. Baik
dari cuaca, iklim, maupun ombak yang melanda. Rabu malam, mereka menaikkan
pandu ke atas kapal dan hari Minggu, satu kapal penyeret menarik mereka ke
Shanghai; di sini kapal yang patah dan mendapat pukulan berulang-ulang itu
menjadi obyek yang menarik perhatian. Mereka mengucapkan terima kasih kepada
Tuhan, meskipun banyak di antara penumpang dan kelasi yang cedera, tida ada
satu jiwa pun yang melayang dan tidak ada satu tulang pun yang patah.
270+ Juni 1867, Hudson pergi dengan John
McCarthy, George Duncan, Tsiu, dan dua orang pelayang menjajagi daerah di
sebelah barat daya Hangzhou. Setelah banyak melakukan kegiatan misi, pada suatu
waktu Hudson bersama rekannya melihat apa ketimpangan yang terjadi selama ini
ketika misi dilakukan. Suasana asing yang diberlakukan atas segala-galanya yang
berhubungan dengan agama, sangat banyak menghambat penyebaran kebenaran di
antara bangsa Tionghoa. Kita ingin melihat orang-orang Tionghoa beragama
Kristen – Kristen sejati, tapi juga sekaligus insan Tionghoa sejati dalam arti kata sebenarnya. Marilah kita
dalam segala hal yang bukan dosa menjadi orang Tionghoa, sehingga kita bisa
menyelamatkan beberapa di antara mereka. Marilah menerima kostum mereka,
mempelajari bahasa mereka, meniru kebiasaan mereka., dan mendekati makanan
mereka. Dalam memimpin misi, Hudson menjauhkan diri dari penyusunan daftar
ketentuan dan aturan.
281-289 Waktunya telah tiba untuk mengurangi jumlah
misionari CIM yang berpangkalan di Hangzhou dan bergerak lebih jauh ke daerah
pedalaman. Di Zhejiang, daerah sebelah selatan kota, sekarang merupakan lahan
gerahan bagi sekelompok misionaris dan orang-orang Kristen yang mau bekerja
keras. William Berger menghimbau Hudson untuk mengonsolidasikan apa yang sudah
dicapai, tapi bagian terbesar dari tim di Tiongkok setuju dengan pandangan
tentang perluasan daerah pelayanan. Hudson dengan baik mengutarakan pikirannya
dalam suatu puisi. Siapa bicara tentang
istirahat? Di surga ada istirahat. Di dunia ini tiada istirahat bagiku. Terus,
terus laksanakan urusan Bapaku. Dia mengutus aku ke negeri ini. Menugasi aku
memanfaatkan waktuku di bumi. Memerintahkan aku melakukan semua pekerjaanku
bagi-Nya. Ia akan memberiku cukup rahmat – waktu untuk bekerja, untuk
menderita, bukan untuk istirahat. Di surga ada istirahat.
290-299 Sabtu malam, 22 Agustus: kerumuman massa di
luar rumah CIM di Yangzhou bertambah hingga sekitar sepuluh ribu orang. Duncan
dan Hudson mengutus beberapa orang menghadap Wali kota, namun tidak ada
jawaban. Mereka menutup satu jendela dan berdoa. Mereka tertangkap dan dibawa
menghadap wali kota Sun. Hudson marah dan berkata “Penyebab yang sebenarnya
dari semua kesulitan ini ialah Anda lalai mengambil tindakan yang tepat ketika
masalah masih kecil dan bisa diatasi. Sekarang aku terpaksa mendesak Anda
bertindak untuk menghentikan kerusuhan dan menyelamatkan semua keluarga dan
sahabat kami yang mungkin masih hidup…” Kemudian wali kota itu berusaha
menenangkan massa. Namun ternyata massa sulit untuk ditaklukkan. Satu-satunya
harapan agar mereka bisa keluar ialah melompat melalui jendela. Dengan berbagai
upaya, akhirnya satu persatu mereka bisa keluar dari zona berbahaya tersebut.
300 Dalam perjalanan mereka ke
Zhenjiang, masih di bawah pengawalan pasukan tentara, Hudson dan rekan-rekannya
bertemu dengan wakil konsul Inggris, Amerika, dan Prancis yang sedang dalam
perjalanan untuk menyelidiki peristiwa itu. Rombangan CIM diterima dengan penuh
simpati di Zhenjiang.
311-320 Sepanjang musim panas tahun 1869 daya juang
Hudson merosot. Sifat lekas marah merupakan “kegagalannya tiap jam saban hari”,
dan kadang-kadang ia bahkan bertanya-tanya apakah orang yang begitu dirundung
kegagalan layak menjadi Kristen. Ia berdoa, bergumul, berpuasa, mencoba berbuat
lebih baik, dan mengambil keputusan. Iman, sekarang kulihat, adalah ‘hakikat dari hal-hal yang diharapkan’,
bukan bayangan. Iman tidak kurang dari pemandangan, tapi lebih.
340-349 Hudson ingin CIM mempunyai seorang
administrator di Tiongkok yang bisa membuatnya bebas untuk pekerjaan merintis,
penginjilan, dan mendirikan gereja. Di Ninghai pekerja-pekerja Tionghoa mulai
menuntut kenaikan upah bagi peran serta mereka dalam pelayanan Kristen.
Menjelang akhir suatu perjalanan yang sangat meletihkan mengunjungi
perwakilan-perwakilan CIM pada Oktober 1873, Hudson menempuh perjalanan kembali
ke Taizhou, ingin bertemu dengan Jennie. Tujuh tahun telah berlalu sejak
tersiar berita-berita buruk tentang CIM yang menyusuli kerusuhan Yangzhou dan
pada tahun 1875 misi itu kembali memperoleh nama harum. Kabar baik dan
publisitas yang lebih baik itu merupakan obat bagi Hudson dan ia kian sembuh.
350+ Taylor tiba di Shanghai akhir Oktober.
Ia pergi ke Zhenjiang dan terserang penyakit disentri – penyakit yang sering
kambuh selama hidupnya. Tapi berita tentang penandatangan Konvensi Chefoo pada
14 September 1876, seminggu setelah ia meninggalkan Inggris, membuat hatinya
gembira menghadapi masa depan. Orang-orang asing kini dijamin aman melakukan
perjalanan di seluruh Tiongkok. Dan setelah ini menjadi suatu batu loncatan
bagi misi dilakukan di Tiongkok.
373-381 Juli 1881, ibu Hudson meninggal, dan bulan
Agustus ibu Jennie meninggal. Jennie terpaksa pulang untuk urusan keluarga.
Sementara dalam perjalanan, ayah Hudson pun meninggal. Pada tahun yang sama
juga CIM sudah mempunyai 96 orang misionaris yang bekerja dengan kira-kira
seratus orang rekan Tionghoa di tujuh puluh pos, dan bertanggung jawab untuk memberi
makan lebih dari serratus anak-anak Tionghoa di sekolah-sekolah misi. Keuangan
di bulan-bulan akhir tahun 1882 sekadar cukup untuk menutup keperluan-keperluan
mendesak CIM. Selama tahun 1883 dua puluh orang misionaris baru berangkat ke
Tiongkok dan dalam tahun 1884 jumlah ini meningkat menjadi empat puluh enam.
395-396 Di dalam sebuah Buku Pengaturan, atau “buku abu-abu mini”, ia menuliskan “Prinsip
pemerintahan saleh adalah yang paling penting, karena prinsip itu mempengaruhi
kita semua sama rata. Prinsip itu adalah – berusaha membantu, bukan menguasai;
menjauhkan dari jalan yang sesat dan menuntun ke jalan yang benar, demi
kemuliaan Tuhan dan kebaikan yang diperintah, bukan untuk kepuasan yang
memerintah.
417+ Para misionaris adalah pasukan garis depan
bangsa-bangsa barat dalam rencana mereka menguasai Tiongkok; mereka menggunakan
kekuatan mistik untuk menghancurkan kekuatan Tiongkok. Tuduhan-tuduhan ini
dilontarkan dalam serangkaian selebaran yang diedarkan atas dorongan seorang
pembesar di Changsha, ibu kota provinsi Hunan yang anti asing. Sebagai
hasilnya, kerusuhan-kerusuhan timbul selama tahun 1891 di sepanjang Lembah
Yangzi. Pemerintah-pemerintah asing mengirimkan kapal-kapal meriam untuk
melindungi warga mereka dan mendesak agar pemerintah kerajaan memerintahkan
pembesar-pembesar provinsi untuk melindungi para misionaris.
482-491 Pada
musim panas tahun 1901 Hudson sudah cukup kuat untuk mengadakan perjalanan kea
rah barat, ke Lembah Chamonix di kaki Mont Blanc. Malang, karena tergelincir
menginjak daun cemara ketika sedang berjalan-jalan di hutan, penyakitnya yang
lama, yakni sakit pada tulang belakangnya, kambuh. Pada bulan Juli 1903, Hudson
mengetahui bahwa Jennie, sekarang berumur 60 tahun, menderita penyakit tumor.
Dengan tibanya musim semi tahun 1904, Jennie makin lemah dan mereka kembali ke
Chevalleyres; di sini mereka bergembira mendengar berita tentang meningkatnya
jumlah pertobatan di Tiongkok. Jennie, kini sangat kurus, dan Hudson yang masih
lemah, dengan gembira duduk-duduk tenang di beranda sambil mengamati
burung-burung yang hinggap. Pada tanggal 29 Juli Jennie meninggal dunia. Hudson
meninggal dunia ketika ia sedang bersama oleh Geraldine. Menurut kesaksian
Geraldine, sahabat Tionghoa itu mirip seorang anak yang sedang tidur dengan
tenang.
Tanggapan:
Menurut Pelapor, kisah hidup salah seorang misionaris
ini sangat luar biasa. Bahkan dari sebelum ia lahir, banyak kisah hidup yang
dapat diingat sebagai sebuah sejarah. Panggilannya untuk melayani Tuhan tidak
setengah-setengah. Ia memulai pelayanannya dengan sebuah tekad yang hebat. Di
dalam perjalanan pelayannnya banyak hal-hal dan kesulitan-kesulitan hidup yang
harus ia jalani. Namun iman percayanya kepada Tuhan sungguh luar biasa.
Panggilannya begitu kuat sehingga itu mengalahkan segala tantangan yang harus
ia hadapi.
Usaha-usaha misinya pun tidak sia-sia. Sekalipun tidak
selalu berjalan mulus, tetapi pada akhirnya menghasilkan suatu buah yang indah.
Ia berhasil mendirikan China Inland Mission. Ia adalah tokoh misionaris yang
patut diteladani. Bukan hanya sikap hidupnya, tetapi juga pemikiran-pemikiran
yang melandasinya di dalam melaksanakan pekabaran Injil. Namun yang paling
penting ialah, Hudson menerima banyak dukungan, cinta dan perhatian dari
orang-orang terkasih baik keluarga, isteri maupun sahabat dan rekan-rekannya.
Dan menurut Pelapor, ini adalah salah satu hal yang sangat dibutuhkan untuk
menguatkan dan memberi semangat dalam melaksanakan panggilan-Nya yang mulia
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar