No
|
Materi
|
Ulasan
Singkat
|
Sumbangsih
|
Sumber
|
1.
|
Memori
|
Penelitian
menunjukkan bahwa gudang daya tamping memori memuncak pada waktu usia sekitar
20 tahun. Meski, orang berusia lanjut memiliki daya ingat “fluid
intelligence” (kecepatan mengolah info untuk memori jangka pendek) berkurang,
namun daya ingat “crystallized intelligence” (kecakapan mengi-ntegrasikan
info untuk memori jangka panjang) justru meningkat. Tuhan menciptak-an manusia
dan memperlengkapinya dengan sistem memori yang sangat canggih.
|
Sekalipun
memang tidak dapat dipungkiri semakin tua umur seseorang, maka daya ingatnya
akan menurun, namun sebenarnya sem-akin tua seseorang maka daya ingat jangka
panjangnya akan meningkat. Ini menolong para lansia untuk semakin
mempergunakan memori mereka dengan sebaik-baiknya. Dan tidak berhenti
berusaha untuk semakin mengasah kemampuan mengingatnya.
|
Andar Ismail, Selamat Menabur, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 4-7.
|
2.
|
Apa Orang
Berusia Masih Bisa Belajar?
|
Usia
45-70 tahun tidak berkurang kecerdasannya. Namun banyak yang fungsi otaknya
menurun. Karena itu belajar adalah kegitan seumur hidup. Belajar tidak harus
formal, bagi lansia belajar bisa dengan mengikuti ceramah, pembinaan,
lokakarya, seminar, PA, dan lainnya. Cara belajar paling praktis adalah
membaca buku.
|
Belajar
tidak dibatasi oleh umur. Para lansia ternyata memiliki kecerdasan yang
stabil. Oleh karena itu, semakin tua seharusnya sese-orang semakin giat
belajar, bukan malah bermalas-malasan di rumah. Sekalipun fisik dayanya telah
menurun, para lansia dapat tetap belajar, misalnya sambil mengisi waktu luang
dengan membaca buku-buku yang ber-manfaat.
|
Andar Ismail, Selamat Menabur, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 67-70.
|
3.
|
Membuahkan Masa Lalu
|
Membuahkan
masa lalu berarti kita mengintegrasikan apa yang dulu terjadi dengan apa yang
sekarang bisa kita lakukan. Kita memetik hikmah dari suka duka masa lalu.
Kita menjadikan masa lalu berguna baik untuk kita sendiri maupun orang lain
dan generasi berikutnya. Salah satu unsur PAK Lansia ialah menolong lansia
bukan hanya untuk mensyukuri, melainkan juga membuahkan masa lalu.
|
Masa
lalu bukanlah sesuatu yang harus menjadi konsumsi
pribadi setiap orang. Melainkan melalui pengalaman masa lalu, para lansia
diajak untuk bisa membuahkan hal tersebut, dan menjadi sebuah pengajaran juga
bagi orang-orang disekitarnya. Bagaimanapun guru yang paling bijak adalah
pengala-man kita.
|
Andar Ismail, Selamat Berbuah, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 57-60.
|
4.
|
Masih Berbuah
Sampai Tua?
|
Orang
berusia lanjut masih bisa berkarya dan berprestasi sekalipun banyak mengalami
penurunan. Mereka masih bisa berbuah, asalkan berganti kemampuan dan
kesempatan. Dulu kuat badan, kini kuat budi, badan melemah, iman menguat,
dulu memakai kekuasaan, kini kebijakkan. Berbuah sampai tua bertujuan agar
kita bersaksi dengan kata dan perbuatan kepada generasi muda bahwa Tuhan itu
baik dan benar.
|
Menjadi
buah yang baik bagi dunia tidak dibatasi oleh umur. Semua orang sampai akhir
hidup-nya tetap harus berbuah. Berbuah tidak diukur dari seberapa besar
tindakan yang kita buat, dan men-gubah dunia. Melainkan hal itu bisa dimulai
dari hal-hal terkecil yang sering ada disekitar kita. Biarlah melalui hidup
yang diberi Tuhan, para lansia mampu tetap menjadi saksi Kristus.
|
Andar Ismail, Selamat Berbuah, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia) 132-135
|
5.
|
Warga Usia
Lanjut
|
Para
lanjut usia dalam banyak hal bergantung pada orang lain. Mereka perlu dibantu
untuk melakukan banyak hal. Salah satu wadah yang diberikan ialah panti werda.
Cara gereja mengelola panti werda merupakan barometer kesaksian tentang
bagaimana sikap gereja terhadap para lansia. Namun, gereja pun harus
meluruskan kembali pengertian yang salah bahwa panti werda hanya untuk orang
miskin atau jompo, melainkan merupakan sarana yang menolong para lansia untuk
tetap mampu bertumbuh.
|
Tidak
dapat dipungkiri dalam banyak hal para lansia sangat membutuhkan pertolongan
orang lain. Pertolongan itu dapat diberi-kan melalui keluarga atau kerabat.
Namun tidak sedikit lansia menje-lang masa tua harus hidup sendiri, karena
berbagai hal yang tidak memungkinkan dari kerabat untuk berada di sisinya.
Panti werda se-benarnya wadah untuk menolong para lansia agar tidak merasa
sen-diri dan kosong. Melainkan meno-long lansia agar mengisi waktu-waktu
hidupnya dengan aktif.
|
Andar Ismail, Selamat Berkiprah, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 31-34.
|
6.
|
Bersambung
|
Orang
yang sedang menghadapi kema-tian biasanya diliputi semacam perasaan kehi-langan.
Baik dalam hal kerabat, mobilitas, pekerjaan, tenaga, dan pasangan. Apabila
kematian dilihat sebagai tamatnya hidup, ini adalah salah. Rasul Paulus
mengatakan bahwa hidup kita tidak tamat melainkan bersambung setelah kematian
(2 Kor. 5:8). Hidup kita bersambung bersama-sama dengan Kristus.
|
Melalui
materi ini perlahan-lahan para lansia dipulihkan perse-psinya tentang
kematian. PAK mengabarkan kepada lansia agar mulai melihat kematian bukan
sebagai akhir segala sesuatu. Melainkan tetap ada kehidupan setelah kematian,
yakni kehidupan bersama dengan Kristus.
|
Andar Ismail, Selamat Berkiprah, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 35-37.
|
7.
|
Nenek Tuhan
Yesus
|
Memang
tidak ada keterangan dalam Alkitab tentang nenek Tuhan Yesus. Namun tidak salah
jika kita berimajinasi. Karena setiap orang juga punya nenek. Seorang nenek
pasti merupakan bagian dari kenangan masa kecil setiap orang. Seorang nenek
pasti memiliki peran besar di dalam proses pembentukan hidup setiap orang.
|
Sangat
tidak menutup kemu-ngkinan Kristus memiliki seorang nenek. Imajinasi ini
diperuntuk-kan agar para nenek yang adalah lansia menyadari bahwa di dalam
setiap kehidupan orang selalu ada nenek yang memiliki peran.
|
Andar Ismail, Selamat Berkiprah, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 38-41.
|
8.
|
Membarui
Hubungan
Menantu-Mertua
|
Perang
dingin antara mertua-menantu perempuan rawan terjadi pada golongan usi 30-40
tahun menantu dan 60-70 tahun mertua. Salah satu penyebabnya ialah karena
merasa kurang dihargai. Padahal merasa kurang dihargai adalah penilaian diri
kita sendiri. Mulailah merubah konsep diri menjadi “aku orang yang bisa
menghargai”. Seseorang harus mengenal citra dirinya dengan baik.
|
Ini
merupakan hal yang sering terjadi di dalam hubungan keluar-ga. Apabila ini
terjadi di dalam salah satu kehidupan para lansia yang mengikuti PAK, mereka
harus menyadari bahwa permasalahan yang sesungguhnya adalah terjadi di dalam
diri mereka sendiri. Apabila seseorang memi-liki citra diri yang buruk, maka
besar kemungkinan relasinya dengan sekitar juga buruk.
|
Andar Ismail, Selamat Membarui, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 38-41.
|
9.
|
Membarui Sadar
Kematian
|
Sadar
kematian berbeda dengan tahu tentang kematian. Berbeda juga dengan
cepat-cepat ingin meninggal. Sadar kematian adalah jujur terhadap diri
sendiri dan mau berpikir tentang kematian, mau membaca perenungan tentang
kematian, dan mau membicarakan kematian. Sadar kematian adalah sikap engah bahwa maut bisa merenggut nyawa.
Sadar kematian adalah sikap realistis bahwa meskipun maut diharapkan masih
jauh, namun pada kenyataannya bisa berada sangat dekat. Sadar kematian adalah
sikap antisipasif dari dampak kematian. Sadar kematian adalah sikap celik
terhadap arti kehidupan. Sadar kematian adalah sikap siuman bahwa kita harus
mempertan-ggungjawabkan kepada Tuhan apa yang telah kita perbuat di dalam
hidup ini. Orang yang sadar kematian adalah orang yang bijaksana dan berbudi
(Mzm. 90:12).
|
Sadar kematian sangat diperlu-kan bagi
semua orang. Para lansia melalui sadar kematian bukan untuk menjadi takut,
melainkan menjadi semakin mengerti bagaimana seharusnya ia hidup agar
berkenan di hadapan Tuhan. Sadar kematian ini harus terus-menerus terjadi
setiap hari. Melalui ini PAK menolong para lansia agar mulai memiliki
persepsi yang kembali baik terkait seperti apa seharusnya kita melihat
kematian itu. Kematian yang akan datang seharusnya bukan malah
menakut-nakuti, melainkan menya-darkan akan peran hidup sebagai orang Kristen.
|
Andar Ismail, Selamat Membarui, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 79-82.
|
10.
|
Bisa! Tidak
Bisa! Tuhan Bisa!
|
Setiap
orang mempunyai babak-babak percaya diri dalam hidupnya. Babak pertama kita
merasa paling bisa, ambisius, kuat, dan bisa melakukan apapun dalam segala
hal. Namun babak kedua, ketika kita gagal maka kita akan merasa trauma. Rasa
takut akan jatuh untuk kedua kalinya, kecil hati, dan ekstra hati-hati.
Tetapi pada babak ketiga kita menjadi lebih bijaksana, kita bertumbuh menjadi
mantap dan tenang. Mulai merasakan bahwa Tuhanlah yang berkarya melalui diri
kita. Pada babak pertama kita hidup dalam angan-angan, pada babak kedua dalam
mimpi buruk, tetapi pada babak ketiga dalam pengharapan.
|
Babak-babak
ini adalah hal yang wajar terjadi kepada setiap orang. Tanpa disadari ini
terjadi kepada setiap kita dan tidak menutup kemungkinan untuk para lansia.
Namun yang perlu diingat, babak-babak ini tidaklah ditentukan oleh usia
seseorang. Belum tentu semakin tua ia semakin bijak. Oleh karena itu, PAK
hendak menolong para lansia agar mereka menyadari akan babak-babak ini dalam
hidupnya. Jangan sampai mereka masih berada di dalam babak pertama dan kedua,
dan tidak pada babak ketiga.
|
Andar Ismail, Selamat Berkarya, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 25-27.
|
11.
|
Pensiun Itu
Menakutkan
|
Pensiun
memang mencemaskan, baik dalam aspek ekonomi, psikologi, sosial, dan lainnya.
Permasalahan utama ialah rasa hampa. Pension memang dapat menjadi suatu
krisis yang menimbulkan sindrom dan kompleks. Secara fisik dan finansial kita
mungkin berkurang, namun sebenarnya sangat memu-ngkinkan secara emosional dan
spiritual kita bisa bertambah. Pola pikir kita bisa menjadi integrative,
yakni mampu mengintegrasikan masa pensiun dengan masa kerja yang telah kita
tuntaskan dengan baik. lalu mensyukuri perjalanan karir itu sebagai pemberian
Tuhan. Kemudian menjadi generatif, yaitu mampu mengakui bahwa kesempatan
berkarya telah kita beroleh, dan kini kita menyiapkan generasi berikutnya.
Kita mendapat giliran berbakti.
|
Banyak
hal positif yang sebenarnya dapat dipetik oleh para lansia/pensiunan ketika
mereka harus pensiun. PAK menolong para lansia yang adalah pensiunan untuk
mengatasi rasa takut yang berlebihan karena pensiun, dan menjadi semakin
bijak dalam menyikapi pensiunnya mereka.
|
Andar Ismail, Selamat Berkarya, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 65-69.
|
12.
|
Dicari Yang
Berpengalaman
|
Kepandaian
dan kekuasaan belum segala-galanya. Mereka belum tentu berpengalaman. Apa
yang kita kerjakan baru menjadi pengalaman diukur dari kemampuan kita untuk
menarik pelajaran dari pengalaman itu. Hidup yang bermutu menghasilkan penga-laman.
Pengalaman menghasilkan sikap bijak dan berhati-hati serta mempertimbangkan
segala sesuatu secara tenang dan matang.
|
Pengalaman
itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari usia sese-orang. Semakin tua
seharusnya semakin bijak dan mampu meng-gunakan setiap pengalamannya dengan
bijak. PAK hendaklah menyadarkan para lansia agar mereka merefleksikan,
apakah semakin bertambah usia mereka, mereka semakin bijak dan telah menjadi
berkat.
|
Andar Ismail, Selamat Berkarya, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 70-72.
|
13.
|
Seksualitas dan
Intimitas
|
Sikap
orang lanjut usia terhadap seksualitas berbeda dengan orang muda. Mereka
kurang aktif. Perubahan ini ada dalam perubahan biologis, perubahan dalam
hubungan sosial, pengharapan dan norma masyarakat dan menumpuknya pengalaman
hidup serta integrasinya dalam sejarah pribadi. Cameron mengemukakan bahwa
orang lanjut usia disbanding dengan
orang muda merasa kurang mempunyai perhatian terhadap seksua-litas, kurang
mampu dan aktif.
|
Berbicara
soal seks kepada para lansia seharusnya bukanlah hal yang tabu. Bagaimana pun
para lansia juga perlu mengetahui seperti apa perkembangan seksua-litas
mereka berdasarkan perkembangan psiko-logi mereka. Dan PAK hendaklah
memberikan pengetahuan ini tetap di dalam terang firman Tuhan.
|
F.J. Monks – A.
M. P. Knoers, Siti Rahayu Hadinoto, Psikologi
Perkembangan, Jakarta: Gadjah Mada University), 347-350.
|
14.
|
Tua Namun Tak
Renta
|
Disadari
atau tidak, orang-orang lanjut usia juga mempunyai peranan sangat besar dalam
kehidupan orang-orang muda. Melalui keteladanan, kehadiran, juga melalui
doa-doanya, bahkan merasa mereka merupakan anugerah Tuhan dalam hidup. Selama
seseorang itu masih bisa bernapas, selama itu pulalah ia masih bisa menjadi
saluran berkat Tuhan bagi sesama.
|
Para
lansia melalui materi ini haruslah semakin melihat bahwa keberadaan dirinya
merupakan suatu anugerah bagi orang-orang sekitar-nya. Dan PAK menolong para
lansia, agar mereka menyadari kehadiran mereka harus tetap menjadi berkat,
sekalipun usia mereka sudah tidak muda lagi.
|
Ayub Yahya, 100 Renungan Hidup Berkemenangan, (Jakarta:
HODOS), 299-301.
|
15.
|
Menghitung Hari
|
Kalau
kita menganggap kematian sebagai sesuatu yang masih jauh, maka kita bisa
jatuh pada hidup lamban dan menunda-nunda. Kita menjadi orang yang mengeja
kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan. Janganlah berfikir bahwa kita akan
selamanya hidup di dunia. Hidup ini adalah singkat (Yak. 4:14). Tidak terasa
kita telah melewati masa kanak-kanak, remaja, muda, dan sekarang sudah tua.
Hidup terlalu singkat untuk diisi dengan hal-hal yang tidak berguna. Kalau
kita menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya, kita tidak perlu takut akan
kematian.
|
Hidup
adalah singkat, dan ini harus disadari oleh semua orang. Beberapa para lansia pasti sudah ada
yang menyadari ini, namun sering juga masih ada yang ingin mengejar
kesenangan duniawi. Takut mati karena dunia ini sangat menyenangkan mereka.
Melalui materi ini PAK memberi kekuatan kepada para lansia agar kembali menyadari
bahwa hari-hari yang kini mereka jalani hendaklah diisi dengan hal-hal yang
bermakna.
|
Ayub Yahya, 100 Renungan Hidup Berkemenangan, (Jakarta:
HODOS), 153-155.
|
16.
|
Menjemput
Kematian
|
Kematian
adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Membicarakan dan memikirkan kematian
sebenarnya baik dan perlu. Namun, yang harus diingat ialah kematian bukanlah
akhir segala-galanya. Kematian merupakan awal dari kehidupan yang baru. Ini
akan menjadi bagian kita apabila kita beriman; berusaha mempertahankan iman
kita dari segala bentuk tantangan dan tekanan; berusaha menjaga kemurnian
iman kita dari segala cobaan. Ada pengharapan akan hidup setelah kematian. Segala
jerih lelah kita dalam iman dan kebenaran tidak akan sia-sia.
|
Kematian
seharusnya bukan-lah hal yang menakutkan lagi bagi orang-orang percaya yang
telah diselamatkan Kristus. Kematian adalah akhir dari penderitaan dan tugas
di dunia ini bagi orang-orang percaya. Para lansia melalui materi ini
ditolong untuk melihat kematian sebagai sebuah keuntu-ngan, layaknya rasul
Paulus melihat hal itu.
|
Ayub Yahya, 100 Renungan Hidup Berkemenangan, (Jakarta:
HODOS), 174-176.
|
17
|
Om dan Tante Kho
|
Yang
hendak diangkat dalam tulisan ini adalah masa lanjut usia Om dan Tante Kho.
Mendekati dan memasuki usia 90 tahun, mereka masih mandiri. Meskipun anak dan
menantu membuka pintu dan mempersilahkan mereka tinggal bersama, kakek dan
nenek ini memilih untuk tinggal berdua di rumah sendiri. Om dan Tante Kho
bertekad sedapat mungkin hidup mandiri di rumah sendiri. Hubungan mereka
dengan anak dan menantu sangat erat. Hubungan erat memang tak usah berarti
saling mengikat. Jalan hidup Om dan Tante Kho merupakan kesaksian nyata bahwa
pada masa usia lanjut kita perlu berkerabat dekat dan erat, namun tidak usah
mengikat dan terikat.
|
Materi
pembelajaran PAK ini cukup berbeda. Para lansia diajak belajar melalui
kesaksian hidup orang lain. Tak ada salahnya. Melalui kesaksian hidup Om dan
Tante Kho ini, para lansia kini diajak untuk melihat kembali realitas hidup.
Sekalipun mereka perlahan-lahan akan berpisah rumah dengan anak-anak, namun
jangan sampai ini menjadi celah untuk renggangnya hubungan kekerabatan antara
orang tua dengan anak dan menantu.
|
Andar Ismail, Selamat Berkerabat, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 50-53.
|
18.
|
Hari Lawat
Kerabat Sedunia
|
Tiap
tanggal 18 Mei dirayakan sebagai World
Visit Your Relatives Day atau Hari Lawat Kerabat Sedunia. Maksudnya ialah
agar kita mengingatkan diri untuk memelihara, memperbaiki dan memperbarui
hubungan kita dengan para kerabat. Baik dengan anak, orang tua, sepupu,
sahabat, rekan kerja, dan lainnya. Kita dan para kerabat adalah ibarat
dahan-dahan pada satu pohon. Ada yang sudah tua dan ada yang baru muncul.
Berkerabat membuat kita teringat kembali akan akar-akar masa lalu kita. Kita
jadi mensyukuri masa lalu. berkerabat memperkaya kepribadian kita
|
Semua
orang pasti memiliki kerabat, namun banyak orang pun masih memiliki
orang-orang yang dianggap sebagai musuh. Melalui materi ini para lansia
diajak untuk bisa memelihara kekerabatan sebaik mungkin. Mereka meru-pakan
bagian yang penting di dalam sebuah hubungan kekerabatan. Dan mereka pun
harus mampu menjadi orang yang membuat relasi kekerabatan menjadi hangat dan
harmonis.
|
Andar Ismail, Selamat Berkerabat, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 70-74.
|
19.
|
Bersama dan
Berakhir
|
Posisi
kita dalam kebersamaan dan keke-rabatan memang dibatasi oleh waktu. Namun
keterbatasan itu justru membuat kita menghar-gai kesempatan dengan sebaik
mungkin untuk mendatangkan manfaat bagi kebersamaan dan lingkungan kita.
|
Segala
sesuatunya di dalam dunia ini terbatas dan ada waktunya untuk berakhir.
Begitu pula dengan kekerabatan. Melalui kesadaran akan hal ini, para lansia
harus mulai melihat bahwa kesempatan menjalin kekerabatan sekarang ini adalah
anugerah Tuhan yang harus dilewati dengan baik.
|
Andar Ismail, Selamat Berkerabat, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), 125-127.
|
20.
|
Cinta Penyandang
Demensia
|
Demensia
secara umum adalah keku-rangan atau kemerosotan berbagai kegiatan berpikir
karena gangguan atau kerusakan pada otak. Persoalan tentang demensia hampir
tidak pernah dibicarakan di dalam gereja. Penyan-dang demensia berat tidak
bisa tahu apa yang dia yakini dan percayai tentang Tuhan. Para penyandang
demensia berarti kehilangan ingatan, namun kita masih mempunyai ingat-an.
Berarti, kita harus mau mengingat dan memperdulikan mereka. Penyandang
demen-sia kurang mampu mengingat, mengenali dan mencintai kita, tetapi kita
bisa mencintai mereka. Ia tidak mengenal Kristus, tetapi Kristus mengenal
mereka.
|
Memang
tidak semua lansia mengalami demensia, tetapi bukan berarti mereka yang tidak
mengalami ini menutup telinga dan mata mereka untuk memper-dulikan
orang-orang yang tidak beruntung ini. Selain memperdulikan para penyandang
demensia, para lansia juga diajak untuk semakin bersyukur atas kondisi apa
pun yang saat ini mereka alami. Ada banyak orang-orang di luar sana yang
ternyata tidak seberuntung mereka.
|
Andar Ismail, Selamat Bercinta, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia), 134-139.
|
Senin, 07 Mei 2018
MATERI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI LANSIA DAN SUMBANGSIH BAGI PAK LANSIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar