Senin, 07 Mei 2018

MAKNA JABATAN YESUS SEBAGAI NABI, IMAM DAN RAJA


PENDAHULUAN
Yang disebut jabatan adalah pekerjaan yang ditugaskan oleh penguasa yang lebih tinggi daripada yang melaksanakan pekerjaan itu. Adapun Penguasa yang lebih tinggi itu di sini adalah Tuhan Allah sendiri. Jadi jikalau karya penyelamatan Kristus dipandang dari segi jabatanNya, hal itu berarti, bahwa Kristus menunaikan tugas penyelamatanNya itu bukan karena kemauanNya sendiri, bukan atas namaNya sendiri. Penyelamatan yang dikerjakan adalah suatu tugas yang diterimakan oleh Tuhan Allah sendiri kepadaNya. Ia bukan orang yang mengajarkan suatu ajaran baru, yang timbul dari pikiranNya sendiri. Ia juga bukan hanya seorang yang baik, yang layak dijadikan teladan bagi manusia. Sebab Ia, karena jabatanNya, memiliki kuasa. Karya penyelamatanNya dilakukan atas nama Tuhan Allah sendiri.[1]
   Dalam Alkitab dan Gereja Kristen, Yesus disebut Kristus. Dalam bahasa Yunani, Kristus artinya “Yang diurapi”. Dalam bahasa Ibrani disebut Masyiakh atau Mesias. Hal ini menunjukkan adanya suatu jabatan yang dimiliki Kristus. Dalam PL terdapat tiga macam jabatan yaitu nabi, imam dan raja. Mereka yang memiliki jabatan ini adalah mereka yang telah diurapi dengan minyak urapan. Mereka dipanggil untuk melaksanakan suatu tugas istimewa, dan diperlengkapi dengan karunia Tuhan.[2] Ajaran tentang ketiga jabatan ini menekankan kesatuan antara pekerjaan Yesus Kristus dengan PribadiNya. Yesus Kristus sendiri adalah Jalan, Kebenaran, serta Hidup (Yoh. 14:6).[3]
Calvinlah yang mula-mula menyadari pentingnya membedakan tiga jabatan Kristus ini dan memperhatikan serta membicarakan ketiga jabatan tersebut secara terpisah dalam Intitutio. Sebagai nabi Ia mewakili Allah di hadapan manusia; sebagai imam Ia mewakili manusia di hadapan hadirat Allah, dan sebagai raja Ia memerintah dan memperbaharui pemerintahan manusia. [4]

I.              YESUS SEBAGAI NABI
Pengertian Alkitab tentang seorang nabi
Perjanjian Lama memakai tiga kata untuk menunjuk nabi, yaitu nabhi, ro’eh, dan chozeh. Arti menyeluruh dari kata nabhi tidak diketahui dengan pasti, tetapi terbukti dari ayat-ayat dari Kel. 7:1 dan Ul. 18:18 bahwa kata itu menunjukkan arti seseorang yang datang dengan sebuah berita dari Allah kepada umatNya. Kata ro’eh dan chozeh menekankan kenyataan bahwa nabi adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah, terutama dalam bentuk visi. Istilah lain yang dipakai ialah “manusia dari Allah”, “utusan Allah” dan “pengawal”. Ini menunjukkan bahwa nabi adalah yang melayani Tuhan secara khusus. Dalam Perjanjian Baru dipakai kata prophetes dan kata ini terdiri dari kata pro dan phemi, yang berarti “mengatakannya langsung”.[5]
Dengan demikian nabi adalah orang yang dipanggil untuk menjadi ‘mulut’ Allah, artinya: orang yang dipanggil menjadi nabi itu dijadikan alat Allah untuk berfirman kepada umatNya (Kel. 4:16; bnd. Yer. 20:7-9).[6] Pekerjaan nabi menurut J.Wesley Brill mempunyai dua bagian. Pertama, pekerjaan nabi yaitu akan mengatakan kebenaran dan kehendak Allah. Kedua, ia akan bernubuat yaitu memberitahukan apa-apa yang nanti terjadi. Dengan itu ia menjadi penyelidik dan peninjau. Seorang nabi juga mempunyai pengertian atas hal-hal yang sudah jadi, dan dapat melihat hal-hal yang tidak kelihatan bagi orang-orang lain. Pekerjaan seorang nabi diterangkan dalam Keluaran 4:10-17.[7]
Kenabian Kristus
            Alkitab menyaksikan melalui lebih dari satu cara jabatan kenabian Kristus. Ia telah disebutkan lebih dahulu sebagai nabi dalam Ul. 18:15, sebuah ayat yang dipakai untuk menunjuk Kristus dalam Kis. 3:22, 23. Ia sendiri menyebut diri-Nya nabi dalam Luk.13:13. Lebih jauh lagi Ia mengklaim bahwa diriNya membawa pesan dari Bapa-Nya, Yoh. 8:26-28; 12:49-50; 14:10,24; 15:15; 17:8,20; Ia menyatakan hal-hal yang akan terjadi kemudian, Mat. 7:29. Karya-Nya yang agung menjadikan pesan yang Ia sampaikan otentik. Berkenaan dengan semua ini tidaklah mengherankan jika orang-orang mengenali Dia sebagai nabi, Mat 21:11,46; Luk. 7:16; 24:19; Yoh. 3:2; 4:19; 6:14; 7:40; 9:17.[8]
            Calvin mengatakan, bahwa gelar “Kristus” tidak saja ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga jabatan itu, tetapi dengan semuanya. Juga sebagai Nabi, Ia adalah “Kristus”. Itulah perbedaannya Ia dengan nabi-nabi yang lain yaitu isi dari pemberitaanNya sebagai Nabi adalah Dia sendiri dan pekerjaanNya. Sebab nubuat, yang diadakan Roh Kudus memberi kesaksian tentang Yesus Kristus (Why. 19:10). Sejak dahulu dikatakan bahwa sedari kekal Ia berjabatan Nabi; sebab sedari kekal Ia adalah Firman Allah (Yoh. 1:13; Ibr. 1:1-4).[9] Kristus adalah Nabi yang sempurna.
            Jabatan Yesus sebagai nabi pun dipenuhi dengan mujizat-mujizat. Mujizat-mujizat Yesus adalah bukti kasih-Nya sebagai imam, akan tetapi itupun adalah pemberitaanNya sebagai Nabi, yakni bahwa kelak akan ada suatu dunia yang tidak akan terganggu oleh kuasa Iblis, penyakit, dosa dan maut untuk selama-lamanya. Dengan pengajaran dan perumpamaan-perumpamaanNya, mujizat-mujizat dan tanda-tandaNya, Yesus menyatakan diri sebagai nabi.[10]

II.           YESUS SEBAGAI IMAM
Pengertian Alkitab tentang seorang Imam
            Kata Perjanjian Lama untuk imam tanpa terkecuali adalah kohen. Satu-satunya pengecualian dijumpai dalam ayat-ayat yang menyebutkan tentang imam-imam yang berzinah, 2 Raj. 23:5; Hos. 10:5; Zef. 1:4 di mana dipergunakan kata chemarim. Arti mula-mula dari kohen tidak diketahui dengan pasti. Bukan mustahil bahwa pada masa awalnya kata itu dapat menunjukkan fungsi sipil maupun fungsi dalam peribadahan, bnd 1 Raj. 4:5; 2 Sam. 8:18; 20:26. Jelas bahwa kata itu selalu menunjukkan arti tentang seseorang yang memegang jabatan yang mulia dan penuh tanggung jawab, dan mempunyai otoritas atas orang-orang lain; dan hampir tanpa pengecualian imam berarti petugas dalam peribadahan. Kata Perjanjian Baru untuk imam adalah hierus  yang asalnya tampaknya berarti “ia yang perkasa”, dan kemudian berarti “seseorang yang sakral”, “seorang yang mempersembahkan diri kepada Tuhan”.[11]
            Seorang imam ialah pengantara, yaitu seorang yang berdoa kepada Allah bagi manusia yang berdosa, Im. 4:16-18. Tidak berapa lama sesudah peristiwa air bah Nuh yang besar itu, orang dipilih, diserahkan dan diasingkan untuk jabatan imam. Kepada mereka itu diwajibkan mengadakan kurban karena dosa serta berdoa kepada Allah untuk orang-orang berdosa yang tidak ada hak datang kepada Allah. Oleh sebabitu imam harus mempersembahkan kurban darah karena dosa. Tetapi hak itu hanya diberi kepada imam. Mereka menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yang oleh kurbannya dan doanya dosa diampuni. Maka akan ada pendamaian antara Allah dan manusia. Itu jabatan imam dalam Perjanjian Lama.[12]
Keimaman Kristus
Perjanjian Lama menyatakan dan menyebutkan lebih dahulu tentang keimaman dari sang Penebus yang akan datang. Ada acuan-acuan yang jelas tentang hal ini dalam Mzm. 110:4 dan Za.6:13. Lebih jauh lagi keimaman Perjanjian Lama dengan jelas menggambarkan keimaman sang Mesias. Dalam Perjanjian Baru hanya ada satu kitab saja di mana Ia disebut sebagai Imam, yaitu Surat Ibrani, akan tetapi dalam surat ini nama-Nya disebutkan berulang kali yaitu dalam 3:1; 4:14; 5:5; 6:20; 7:26; 8:1.[13]
Di dalam jabatanNya sebagai Imam Tuhan Yesus bukan mempersembahkan korban dari darah binatang, melainkan ia mengorbankan diriNya sendiri (Ibr. 10:10; 7:25). Dalam Ibr. 7 Kristus menjadi Imam Besar menurut peraturan Melkisedek, bukan yang Harun, Lewi maupun Yehuda.[14] Keimaman Melkisedek adalah lebih tua daripada keimaman Harun: Abraham menghormati Melkisedek sebagai atasannya, jadi pastilah Melkisedek melebihi keturunan Abraham seperti Lewi dan Harun. Keimaman Yesus menyerupai keimaman Melkisedek: tidak didasarkan pada silsilah manusia dan tidak dapat dipindah-tangan-kan kepada orang lain, sebab keimaman ini langsung berdasarkan pemilihan serta pemanggilan oleh Allah (Ibr. 7:24).[15]
Jabatan Kristus sebagai Imam pertama-tama mengandung arti, bahwa telah dilaksanakanNya pendamaian besar antara Allah dengan dunia kita, satu kali untuk selama-lamanya, oleh korban yang satu itu di Golgota. Oleh sebab itu Ia bukan saja digelari “Imam”, tetapi “Imam Besar”, bahkan “Imam Mahabesar”, yang melebihi setiap imam lainnya (Ibr. 4:14). Terutama surat kepada orang-orang Ibranilah yang mengemukakan pokok pemberitaan ini yaitu “Kristus sebagai Imam Besar”.

III.        YESUS SEBAGAI RAJA
Pemberitaan Alkitab tentang seorang Raja[16]
            Pada zaman Hakim-hakim, zaman yang penuh kekeruhan, ketika bangsa Israel meminta kepada Gideon: “Biarlah engkau memerintah kami”, maka jawab Gideon: “Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu, tetapi TUHAN yang akan memerintah kamu” (Hak. 8:22-23). Kemudian mereka meminta seorang raja kepada Samuel. Bangsa Israel menolak Allah sebagai Raja karena mereka ingin menyaingi bangsa-bangsa lainnya di dunia. Oleh karena mereka mendesak, Tuhan memberi seorang raja yang sesuai dengan kehendak bangsa Israel, tetapi yang kemudiannya tidak sesuai dengan hati Tuhan.
            Saul adalah raja yang dipilih Allah. Sejarah kerajaan Saul ialah sejarah penolakan kerajaan Allah. Kemudian bangsa Israel memilih seorang yang sesuai dengan hatiNya yaitu Daud. Kerajaan Daud adalah kerajaan teokrasi yakni kerajaan yang melaksanakan kekuasaannya atas nama Allah. Namun pada masa pemerintahan sesudah Daud, kerajaan teokrasi ini gagal. Mereka berbalik dan tidak setia kepada Allah. Dan kadang-kadang kerajaan mereka menjadi suatu kerajaan yang bermusuhan dengan Kerajaan Allah. Dan akhirnya orang Israel selalu merindukan Raja yang sejati.
Kristus sebagai Raja
            Pada waktu Yesus akan dilahirkan, malaikat Gabriel berkata kepada Maria, bahwa anak Maria akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan bahwa KerajaanNya tidak akan berkesudahan (Luk. 1:32-33). Yesus adalah Raja yang dijanjikan dan dinanti-nantikan bangsa Israel sebenarnya. Hal ini juga mengingatkan kembali akan apa yang telah dinubuatkan dalam Dan. 7:14 yang menyebutkan bahwa kekuasaan Mesias adalah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan bahwa kerajaanNya ialah kerajaan kekal, yang tidak akan lenyap, dan bahwa kerajaanNya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. [17]
            Yesus menyatakan diriNya sebagai Raja, misalnya dalam mengusir kuasa-kuasa jahat (Luk. 4:36), dalam membersihkan Bait Allah di Yerusalem (Mat. 21:12), di hadapan wakil pemerintah Pilatus (Yoh. 18:37) dan terutama oleh kebangkitanNya serta kenaikanNya ke surga. Para murid dan pengikutNya mengaku Dia sebagai sebagai Raja (Kis. 2:36; 17:7; 1 Kor. 15:25; Ef. 1:20-22). KerajaanNya adalah kebenaran (keadilan) dan damai sejahtera dan sukacita, ciptaan Roh Kudus (Rm. 14:17). Yesus Kristus memerintah dengan perantaraan Firman dan Roh; kuasa pemerintahanNya adalah kuasa yang bersifat rahmat.[18]
            Jabatan Kristus sebagai Raja Rohani adalah pemerintahan kerajaanNya atas regnum gratiae, yaitu atas umatNya atau GerejaNya. Kedudukan itu adalah kuasa sebagai pengantara yang ditetapkan di hati setiap orang percaya. Lebih jauh lagi, keadaan sebagai Raja ini bersifat rohaniah, sebab keadaan ini secara langsung mengandung maksud rohani dan tujuan akhir yang bersifat rohani, yaitu keselamatan atas umatNya. Dan akhirnya, keadaan sebagai raja ini juga bersifat rohani sebab dilaksanakan bukan dengan kekuatan dari luar tetapi oleh Firman Roh, yaitu Roh Kebenaran dan hikmat, keadilan dan kesucian, anugerah dan kasih setia. [19]
            Kewajiban Raja adalah memerintah, melindungi dan memelihara rakyatNya. Untuk melindungi umatNya Kristus telah berperang dengan kerajaan gelap, hingga menang. Oleh karena itu maka barangsiapa menjadi milikNya, ia adalah orang yang benar-benar merdeka (Yoh. 8:36; Gal. 5:1), yang dimerdekakan dari dosa dan maut. Bagi umatNya, Kristus juga menjadi Kepalanya, yang memerintah serta memeliharanya.[20]
IV.        KESIMPULAN
Jadi Tuhan Yesus Kristus memiliki tiga macam jabatan, yaitu jabatan Nabi, Imam dan Raja. Ketiga jabatan ini tidak dapat dipisahkan yang satu daripada yang lain. Sebab ketiga jabatan ini sebenarnya mewujudkan jabatan satu. Keadaan Tuhan Yesus memang berlainan sekali dengan orang-orang yang memangku jabatan di tengah-tengah Israel. Di tengah-tengah Israel tiap jabatan hanya boleh dipangku oleh satu orang saja. Bahkan ada jabatan yang tidak boleh sama sekali dirangkap, yaitu jabatan raja dan imam. Apa yang dipisah-pisahkan di  dalam Perjanjian Lama dipersatukan di dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Jikalau Tuhan Yesus mengajar, umpamanya, hal itu bukan dilakukanNya hanya sebagai Nabi semata-mata, melainkan Ia mengajar juga sebagai Imam dan Raja. Pada waktu Ia diadili oleh Pontius Pilatus, artinya: ketika Ia siap untuk mengorbankan diriNya sebagai Imam yang berkorban, Ia mengakui, bahwa Ia adalah Raja, dan di situ juga Ia menyaksikan hal kebenaran yaitu Nabi (Yoh. 18:33,36,37). Jadi ketiga jabatan itu dilaksanakan bersamaan. Ia disalibkan, bukan hanya sebagai Imam yang berkorban, tetapi juga sebagai Raja dan sebagai Nabi yang bersaksi tentang karya Tuhan Allah (Yoh. 18:19-22). Jikalau Ia melakukan mujizat, hal itu bukan hanya dilakukan dalam jabatanNya sebagai Raja yang berkuasa, tetapi juga dalam jabatanNya sebagai Imam yang menaruh belas kasihan dan sebagai Nabi yang memberitakan kehendak Allah, dengan perantaraan mujizat itu. Itulah sebabnya maka mujizat Tuhan Yesus disebut tanda, dengannya Ia menyatakan kemuliaanNya (Yoh. 2:11, dll).[21]
Yesus adalah Raja yang berkuasa dan memerintah seluruh alam semesta dan segala isisnya, namun Ia juga adalah Imam yang melayani dan mempersembahkan DiriNya sebagai korban untuk menyelamatkan manusia dari maut, dan Ia pun yang adalah Raja dan Imam juga seorang Nabi yang berkuasa, melayani, dan bersaksi akan kedaulatan dan kekuasaan Allah di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA

Berkhof, Louis., Teologi Sistematika 3, (Surabaya: Momentum, 2004)
Brill, J.Wesley., Dasar Jang Teguh, (Bandung: Kemah Indjil Geredja Masehi, 1953)
Hadiwijono, Harun., Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015)
Niftrik, Dr.G.C.Van, dan Dr.B.J.Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981)
Verkuyl, Dr.J., Aku Percaya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995)


[1] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 322-323.
[2] Dr.J.Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 130-131.
[3] Dr.G.C.Van Niftrik dan Dr.B.J.Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 323.
[4] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 3, (Surabaya: Momentum, 2004), 123.
[5] Ibid, 127.
[6] Harun Hadiwijono, 324.
[7] J.Wesley Brill, Dasar Jang Teguh, (Bandung: Kemah Indjil Geredja Masehi, 1953), 107-108.
[8] Louis Berkhof, 130.
`               [9] Dr.G.C.Van Niftrik dan Dr.B.J.Boland, 328.
[10] Dr.J.Verkuyl, 135.
[11] Louis Berkhof, 133-134.
[12] J.Wesley Brill, 109.
[13] Louis Berkhof, 135.
[14] Harun Hadiwijono, 326.
[15] Dr.G.C.Van Niftrik dan Dr.B.J.Boland, 331.
[16] Dr.J.Verkuyl, 142-143.
[17] Harun Hadiwijono, 326.
[18] Dr.G.C.Van Niftrik dan Dr.B.J.Boland, 332.
[19] Louis Berkhof, 234.
[20] Harun Hadiwijono, 326-327.
[21] Harun Hadiwijono, 324.

Book Review: Steer, Roger. Bentara Kristus: Pergulatan Iman, Harap, dan Kasih Hudson Taylor dalam pekabaran Injil di Tiongkok


1-13           James Hudson Taylor lahir pada 21 Mei 1832 di Barnsley, Inggris. Orang tuanya ialah James Hudson dan Amelia Taylor. Ia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, adiknya yang pertama bernama Amelia, dan kedua Louisa. Kelahiran Hudson merupakan harapan yang dibawa di dalam doa oleh kedua orang tuanya. Ia tumbuh sebagai seorang anak yang patuh, aktif, dan dekat dengan Tuhan. Sedari kecil ia sudah memiliki keinginan untuk menjadi misionaris, hal ini disebabkan karena ia sering mendengar percakapan ayahnya mengenai misi Kristen dengan rekan-rekannya. Namun pertumbuhan iman Hudson tidak berjalan mulus begitu saja. Sesekali ia mengalami pergumulan iman yang berat. Terutama sekali ketika ia telah berusia 15 tahun dan bekerja di salah satu bank Barnsley. Di sana ia memiliki rekan-rekan kerja yang mengolok-olok agamanya. Dan banyak hal yang ia dengarkan, yang sebelumnya ia tidak ketahui. Sehingga hal tersebut mengganggunya dan membuat persepsinya tentang Kristen hampir berubah drastis. Ia hampir-hampir tidak percaya lagi. Bahkan adiknya, Amelia, yang telah tinggal di asrama ikut mendoakan dia. Ibu dan ayahnya pun bergumul dan selalu membawa Hudson di dalam doa agar ia kembali percaya.
14-18         Setelah dua tahun ia bergulat dengan pergumulannya itu, ia akhirnya pada suatu hari membaca suatu risalah Injil. Di dalamnya ia membaca kisah seorang yang menyadari akan penebusan Kristus. Hal itu pada akhirnya membuat Hudson kembali menghayati kasih Kristus di dalam hidupnya. Seiring waktu ia terus memikirkan hal itu, dan akhirnya berkeputusan untuk kembali kepada Kristus. Mendengar itu keluarganya sangat bersukacita dan bersyukur. Pada 1849 Hudson kembali menghadapi pergumulan karena kehadiran seorang saudara yakni John tinggal di rumahnya. John adalah orang yang sembrono dalam berbicara dan tidak cocok untuk jiwa Hudson yang baru saja pulih. Hudson kembali bergumul, dan memaksakan diri untuk tetap percaya. Sesekali ia merasa imannya kering, namun ia terus berusaha untuk tetap di jalan Kristus. Suatu hari ia tidak bekerja karena sedang sakit. Di dalam kamar ia sendiri dan menghabiskan waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Namun sedikit berbeda, ia merasakan benar-benar hadirat Tuhan memenuhinya. Ia berdoa “izinkanlah aku melakukan sesuatu untukMu…” Hudson merasa tiba-tiba ada suatu gejolak dalam hatinya untuk melayani Tuhan. Dan ia pun merasa bahwa Tuhan telah memanggilnya ke Tiongkok.
19-22         Gereja Nestorian diterima dan tersebar luas di Tiongkok pada tahun 635 yang dibawakan oleh A-lo-pen, melalui Kaisar Tang yang menerima ajaran Nestorian. Nestorian berciri khas biara, dan ini tidak asing dalam kalangan Buddhis. Pada 845 Gereja Nestorian mengalami kemunduran karena kaisar yang baru naik takhta memutuskan menentang ajaran Buddhis, sehingga biara-biara ditutup. Pada abad 13 Genghis Khan yang sangat menghargai agama, kembali mengijinkan semua agama masuk ke Tiongkok. Setelah itu, pengaruh Nestorian mengalami pasang surut sesuai dengan apakah kaisar menentang atau mendukung. Salah seorang lain ialah Mattew Ricci yang memulai misinya pada 1557. Ia mengalami kesulitan untuk menyesuaikan pengajaran Injil dengan kebudayaan. Kemudian setelah Ricci yaitu Johann Adam Schall yang adalah seorang astronom.
23-30         Tahun 1647 Paus untuk pertama kalinya mengangkat uskup orang Tionghoa. Namun, pertentangan berlanjut tentang istilah-istilah Tionghoa mana yang akan dipakai Tuhan dalam liturgi, dan sampai sejauh mana orang-orang Kristen Tionghoa dapat melaksanakan tradisi kuno. Ayah Taylor sering bercerita kepadanya tentang misionaris Protestan pertama di Tiongkok, Robert Morrison, yang tiba di Canton dengan sebuah kapal Amerika pada September 1807. Lebih 25 tahun Morrison tinggal di sana, satu-satunya tempat berpijak di daratan Tiongkok bagi orang-orang Eropa. Tapi setelah Morrison meninggal tahun 1834, prospek penginjilan di Tiongkok sama pudarnya seperti ketika Morrison baru menginjakkan kaki di sana. Selama masa remajanya, Hudson mengenal nama Dr.Charles Gutszlaff, seorang anggota Netherlands Missionary Society dan kemudian menjadi juru bahasa pada Pemerintah Inggris di Hongkong. Sayang Gutzlaff diperdayai habis-habisan oleh para penginjil Tionghoa, anggota organisasinya. Rasa permusuhan bangsa Tionghoa terhadap orang asing terjadi di luar Guangzhou. Perang berakhir dengan penandatangan Perjanjian Nanjing tahun 1842, yang memberi sejumlah keuntungan bagi orang-orang Barat di Tiongkok. Sudah tentu para misionaris menyesalkan perang itu, namun mereka percaya bahwa Tuhan telah mengizinkan hal yang menyedihkan itu untuk membuat Tiongkok terbuka bagi Injil. Berita tentang perjanjian itu membuat orang-orang Kristen Inggris siaga akan kesempatan yang baru itu. Terkesan oleh kesempatan-kesempatan ini, para usahawan Inggris menerbitkan sebuah majalah, The Gleaner is the Missionary Field, untuk meningkatkan misi-misi luar negeri. Pendeta jemaat Barnsley juga memiliki sebuah buku karangan tukang cetak Medhurst. China: Its State and Prospects yang menekankan nilai misi-misi kesehatan, dan Taylor memutuskan untuk memusatkan diri pada pelajaran-pelajaran medis sebagai persiapan ke Tiongkok.
34+            1851 Taylor datang menemui Robert Hardley untuk bekerja. Dr.Hardley tinggi, penuh semangat, dan mempunyai rasa humor, sehingga Taylor segera suka padanya. Taylor mulai melakukan tugasnya yang baru, menyalurkan obat-obatan, membukukan pengeluaran dan pemasukan uang, juga belajar kedokteran. Majalah The Gleaner kini diterbitkan oleh Lembaga Tionghoa. September 1851 majalah itu memberitakan bahwa Lobscheid telah tiba di Inggris. Taylor memutuskan untuk pergi ke London untuk menemui Lobscheid.  Selain itu ia pun memiliki kerinduan untuk menempuh pendidikan kedokteran di London. Ayah Hudson menawarkan untuk menanggung semua biayanya selama di London. Komite CES juga menawarkan untuk memikul biayanya. Hudson menyurati ayahnya dan CES, meminta waktu beberapa hari untuk mendoakan hal itu. Hudson mendafttar untuk pelayaran dari Hull ke London.
49-50         Pamannya, Benjamin, menyambut keponakannya dan mengantarnya ke kamar-kamar yang bersebelahan dengan kamarnya sendiri. Segera Taylor pergi mencari kantor CES, dan meminta ibu dan Dr.Hardley menulis surat atas nama dirinya. Dua hari kemudian, sekretaris CES, Charles Bird memberitahukan bahwa ia diterima.
51-57         Taylor hidup hemat. Beberapa minggu di London, bekas induk semangnya, Ny.Finch, meminta bantuannya, yakni mengirim dan mengambil uang. Di dalam melaksanakan tugasnya ini, Taylor seringkali merasa letih. Selain karena padatnya pekerjaan, juga karena Taylor yang semakin hemat hari demi hari, terlebih khusus porsi makannya yang sudah sangat sedikit. Bahkan ia pun pernah hampir sekarat karena jatuh sakit. Ia bergumul dengan kesehatan dan perekonomiannya yang tipis, dan tidak ingin keadaannya diketahui oleh keluarganya. Ia yakin bahwa Tuhan pasti akan menolong.
58+            Berita dari Tiongkok sungguh menggiurkan. Dalam The Gleaner CES menghimbau para misionaris untuk segera datang. The Times menyebutkan “revolusi terbesar yang pernah disaksikan oleh dunia”, dan banyak orang Kristen berpendapat keadaan itu memperbaiki prospek penginjilan di Tiongkok. Perkembangan-perkembangan yang terjadi di Tiongkok menimbulkan perhatian dan gairah besar di kalangan masyarakat Kristen di Inggris, Eropa dan Amerika. The Gleaner paling banyak melaporkan rincian berita tentang apa yang sedang terjadi, dan Taylor sangat terdorong untuk melepaskan kuliah kedokterannya dan segera berlayar ke Tiongkok. Kemudian tibalah surat dari Charles Bird. Komite telah mengambil keputusan. Mereka bersedia mengutus dia ke Tiongkok sesudah setelah ia menyelesaikan semua urusannya di London.
68+            Di dalam perjalanan berlayar, kapal yang ditumpangi Taylor menghadapi keadaan iklim yang kurang baik dan banyaknya batu-batu karang. Sesekali cuaca membaik, namun angin tidak kunjung reda. Banyak terjadi kerusakan, bahkan penumpang banyak yang terluka. Taylor berusaha melakukan apa yang dapat ia lakukan. Mulai menolong awak kapal, hingga mengobati para penumpang yang jatuh sakit. Ini cukup membuat ia kerepotan. Mereka merayakan Natal tahun 1853 dengan menyembelih seekor dari beberapa babi yang dibawa dalam kapal itu.
78-79         Sabtu, 25 Februari, mereka membuang sauh di luar Pulau Gutzlaff, dekat muara Yangzi, 28 kilometer dari Shanghai. Namun, Rabu, 1 Maret 1854, mereka tiba di Wusong lalu sebuah kapal penghubung kecil membawa Taylor mengarungi sungai Huangpu ke Shanghai. Kini ia telah tiba di Tiongkok.
86-88         Turun ke darat salah satu dermga Shanghai, Hudson menuju ke tempat di mana sebuah bendera Inggris berkibar di kejauhan. Saat mendekati konsulat Inggris itu, ia berharap menerima surat-surat dari keluarganya dan dari CES uang memberinya kuasa untuk menerima uang dari perwakilan lembaga itu di Shanghai. Di sana ia bertemu dengan Dr. William Lockhart, ahli bedah yang telah mendirikan rumah sakit di Shanghai. Ia pun menginap di rumahnya untuk beberapa hari.
89-91         Sesudah itu Hudson harus mencari rumah, mengatur keuangannya dengan perwakilan CES, belajar bahasa dan adat istiadat Tionghoa agar dapat mandiri tanpa bantuan misionaris LMS dan CMS. Para misionaris lainnya di Shanghai berpendidikan tinggi dan terpaut gereja Anglikan, atau dengan lembaga-lembaga misi yang besar dan mapan. Taylor memang cerdas dan berpendidikan cukup, tapi ia tidak mempunyai gelar universitas atau akademi, dan tidak memperoleh titel dalam bidang medis.
102-105     CES akhirnya menaikkan tunjangan Taylor untuk tingkat sederhana. Pada musim  wabah kolera melanda Sanghai, dan istri Burdon juga menjadi korban meninggal dunia. Burdon memutuskan meninggalkan rumahnya di LMS dan memberinya pada Taylor. CES kembali mengirimkan misionaris ke Tiongkok, yakni Dr. William Parker. Mereka memiliki banyak perbedaan, Parker seorang Presbyterian, dokter penuh dengan gelar MD, sementara Taylor tanpa denominasi dan belum menyelesaikan latihan medisnya.
106-110     Joseph Edkins dan Hudson Taylor berencana untuk datang ke pedalaman dan melihat keadaan di sana. Mereka membawa lebih dari separuh 3.000 kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Tionghoa, serta persediaan lainnya. Karena angina sakal dan arus yang tidak memungkinkan, mereka menambatkan jung di tepi sungai. Mereka mengunjungi dusun-dusun kecil di pinggir sungai Huangpu, berkhotbah dan menyebarkan selebaran Alkitab. Esoknya, mereka berlayar kembali dan tiba di Songjiang yang adalah kota tua. Mereka disorot oleh masyarakat, ini membuat mereka memiliki kesempatan untuk memberitakan Injil. Edkins berkhotbah dan Taylor membagikan selebaran. Ketika mereka berjalan-jalan, mereka masuk ke dalam dermaga tambang pribadi. Mereka ditangkap dan dicegah lari. Sesekali sempat berhasil, namun tertangkap lagi oleh kerumunan orang banyak. Hingga akhirnya mereka bertemu dengan Dzien (mantan guru bahasa Taylor), dan Dzien berusaha menenangkan massa itu. Hudson dan Edkins akhirnya kembali memberitakan Injil. Di Jiashan  mereka menjumpai suatu iring-iringan. Salah seorang di antara mereka mendekati Hudson dan Edkins, dan memperingati mereka untuk tidak pergi ke Jiaxing. Namun karena mereka bergegas pergi, mereka diberi beberapa pengiring untuk menolong mereka. Mereka akhirnya ke sana, dan ternyata berbondong-bondong orang mengikuti mereka. Edkins berkhotbah, Taylor mengobati orang-orang sakit. Beberapa pembesar datang berbicara kepada mereka, mereka merendahkan suaranya dan berkata, “Buku-buku Anda benar. Kata-kata Anda adalah kebenaran.” Hudson Taylor dan Edkins akhirnya kembali berusaha melakukan perjalanan-perjalanan yang lebih jauh lagi ke pedalaman.
111-114     Perjanjian Tianjin (Tientsin) dan Konvensi Peking dari tahun 1858-60 secara khusus memperkenankan orang-orang asing bebas melakukan perjalanan ke pedalaman Tiongkok dan menjamin toleransi terhadap agama Kristen. Orang yang mengajarkan dan mengamalkannya berhak mendapat perlindungan dari penguasa Tiongkok. Namun satu kendala bagi penerima Injil tetap: kenyataan bahwa Inggris dalam pikiran orang Tionghoa berkaitan dengan perdagangan candu. Taylor, Alexander Wylie dan John Burdon memperoleh izin melakukan penginjilan di pedalaman selama satu minggu, dan mereka menuju ke arah barat daya. Keadaan Shanghai yang saat itu sedang kacau dan penuh dengan peperangan serta pembunuhan mengagetkan mereka. Mereka pun berusaha membangun kembali. Taylor dan Parker berusaha membantu sebisa mereka, baik dengan medis, pendidikan, maupun dalam hal materi.
115-121     Setelah dari situ mereka pergi ke gunung di pantai utara. Di sana banyak mereka temui berhala-berhala yang disembah. Taylor diminta oleh seorang biksu Buddha untuk melakukan hal demikian. Taylor berkata kepada massa bahwa Allah mengasihi mereka. Kemudian Burdon berkhotbah dalam bahasa Sanghai. Keesokan harinya mereka ke Tongzhou, kota yang dikenal sebagai “sarang Iblis”. Mereka pun telah banyak menerima peringatan untuk tidak ke sana, namun mereka tetap pergi. Sampai di Gerbang Barat, mereka dikepung oleh selusin orang bertampang keras, dan mendesak mereka ke kota. Di sepanjang perjalanan sedang mereka dihajar, massa meneriaki mereka agar dibunuh, atau dibawa ke kantor hakim. Setelah Taylor mengambil kartu jatidirinya, akhirnya mereka diperlakukan dengan sedikit hormat. Mereka digiring hingga ke tempat tinggal seorang pembesar, dan ke kota. Mereka digiring menghadap Chen da laoye (Bapak Chen Yang Maha Mulia). Mereka diperlakukan dengan sopan. Mereka menjelaskan tujuan kunjungan mereka, dan memberi Chen bahan bacaan, yakni satu Perjanjian Baru dan beberapa traktat, serta mencoba mengikhtisarkan ajaran Kristen. Chen mendengar dengan sopan dan memerintahkan pegawainya untuk memberi hidangan. Mereka pun diizinkan untuk menyebarkannya ke seluruh kota.
122-124     Hudson Taylor kembali melakukan perjalanan menyusuri muara sungai Yangzi. Ia berhenti di Zhangjiasi. Belum pernah ada orang asing masuk ke sana. Taylor datang ke rumah seorang mantan pembesar, dan memberikan beberapa buah buku. Kemudian Taylor pun diberikan buku 10 jilid serangkaian ilmu astronomi. Mereka berbincang-bincang dan terjalinlah persahabatan antara mereka. Pembesar itu berkata “Yesus adalah Guru Anda, Confusius adalah guru kami.” Taylor berkata “Yesus bukan orang Inggris, tetapi Yahudi. Ia bukan hanya manusia, tetapi Tuhan yang sempurna.” Taylor menceritakan mujizat -mujizat yang dilakukan Yesus.
125-127    Juni 1855 Taylor, Burdon dan Parker berkunjung ke Ningbo yang adalah salah satu kota terindah di Tiongkok. Pertama yang tiba di sana ialah lembaga misi Baptis dan Presbyterian Amerika oleh Dr Macgowan dan Dr McCartee. Mereka disambut oleh para misionaris yang ada di sana. Para misionaris Ningbo bekerja sama, meskipun dari latar belakang dan lembaga yang berbeda. Bulan berikutnya Taylor kembali ke Sanghai. Daerah itu dilanda penyakit kolera. Taylor menekankan pentingnya penyelamatan segera dari dosa dan segala konsekuensinya.
128-130    27 Juli, Hudson Taylor mengambil keputusan bahwa ia akan menyewa rumah di pedesaan, menjalankan pekerjaan pengobatan dan penginjilan, mengenakan pakaian Tiongkok dan memakai bianzi (kucir). Tragedi terjadi ketika Taylor mengambil satu botok raksasa amonia dari rak dan membukanya, sumbat botol melompat dari tangannya. Gas dan amonia cair memancar keluar terkena mata, hidung, mulut, rambut dan pakaiannya. Hampir-hampir ia buta, namun ia berusaha sampai di dapur dan mencemplungkan kepala, bahu dan lengannya. Ini menyelamatkan jiwanya. Segera sesudah itu Parker datang dan merawat Taylor hingga pulih.
131-136     Rambut Taylor semakin panjang sehingga bisa dicukur sesuai dengan orang Tionghoa. Ia mengenakan pakaian pakaian seperti orang Tionghoa juga. Kemudian, setelah lebih dari empat hari berlayar, rombongan Hudson tiba di Ganpu, berpisah dengan Parker. Dengan menggunakan pakaian Tiongkok, ditambah pengetahuan medisnya, Taylor tidak mengalami penolakan. Ia merasa Tuhan sangat memberkatinya. Ia mencurahkan isi hatinya itu kepada ibu dan adiknya melalui surat. Banyak rekannya yang kaget melihat penampilan Taylor yang benar-benar telah menanggalkan hidup ‘barat’nya. Ada yang tidak senang, namun ada yang kagum. Salah seorang ialah William Berger. Ia bahkan rela terus mengirimkan uang kepada Taylor untuk biaya Pendidikan dan pekerjaannya.
136-139     Setiap hari Taylor mengajar tiga orang Tionghoa yang baru Kristen, yaitu Guihua, Si dan Tsien. Ia juga masih tetap berkhotbah kepada orang banyak. Si ikut berkhotbah mendampinginya, Tsien dan Guihua dibaptis. Tsien dan Guihua sempat menemani Taylor selama sebulan di pulai Chongming. Setelah kembali ke Shanghai, ia diminta untuk memberhentikan penyewaannya di Chongming. Di sana juga ia telah disenangi banyak orang, dan kedatangannya dinanti-nanti. Rekan-rekan Taylor banyak memberi penguatan kepada Taylor melalui peristiwa ini. Hudson sangat menyayangkan karena telah banyak benih yang ditaburkan di sana.
140-147     Hudson Taylor akhirnya menemukan seorang sahabat yaitu Pendeta William Burns, pendeta Presbyterian Inggris pertama di Tiongkok. Ia juga sangat terkenal. Taylor mempelajari khususnya tiga hal dari Burns yaitu cara Burns yang sering menunjukkan tujuan-tujuan Tuhan dalam pergumulan, pandangannya tentang penginjilan sebagai tugas akbar gereja, dan pentingnya penginjilan awam. Mereka bersama-sama melayani Tuhan dan pada 1855 mereka berangkat dengan dua kapal. Di Nanxun, Burns mendengar ada pertunjukkan asusila di hamparan sawah. Mereka nekat menghentikan orkes itu namun gagal. Esoknya mereka kembali dan berkhotbah. Mula-mula ada yang mendengar, tapi sesaat mereka diusir. Mereka berdoa, dan memutuskan bahwa Taylor akan mencobanya lagi dengan menggunakan pakaian Tiongkok. Taylor berkhotbah, dan berkali-kali ditentang, tapi ada beberapa orang yang setuju dengannya. Mereka yang setuju mengikuti Taylor dan Burns. Mereka ingin mendengar lebih banyak lagi tentang Yesus. Ada beberapa yang mengajukan pertanyaan, ada yang mendengar saja. Salah seorang meminta Burns untuk berpakaian dan mencukur rambut seperti Taylor.  Burns akhirnya mengikuti teladan Taylor. Taylor mengatakan kepada adiknya bahwa beberapa orang bersama-sama mereka menekukkan lutut berdoa, dan mengaku bahwa mereka percaya akan kebenaran ajaran mereka. Ini adalah bulan-bulan bahagianya.
147-149     Setelah kembali ke Shanghai, Taylor dan Burns menghadiri kumpulan doa di rumah Dr Medhurst. Seorang kapten bernama Bowers hadir dan meminta kelompok untuk berdoa bagi Shantou dan menekankan potensi pelabuhan itu sebagai pusat bagi pekerjaan misi. Taylor yakin bahwa Tuhan telah memanggilnya untuk melayani di Shantou. Pikirnya, ia akan meninggalkan Burns. Namun setelah cerita kepada Burns mengenai panggilannya itu, Burns mengakui bahwa ia pun memiliki panggilan yang sama. Mereka akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pelayanannya ke Shantou.
150-152     Pelayaran ke Selatan itu memakan waktu enam hari. Tak seorang pun di antara mereka berdua yang mengerti dialek setempat. Burns bisa berbahasa Kanton dan mereka berjumpa dengan seorang Kanton yang kebetulan keluarga dari seorang pejabat yang paling tua di Shantou. Ia mencari tempat tinggal bagi mereka. Menjelang akhir Maret 1856, mereka bertemu dengan seorang petani tua yang bisa membaca dengan baik. Petani itu bersedia bekerja sebagai guru bahasa Chanzhou bagi Hudson.
153-163     Hudson berangkat ke Ningbo dan bermaksud menemuh rute uang biasa yaitu melalui Kanal Besar dan Hangzhou. Setelah empat belas hari perjalanan, ia dan pelayannya, Youxi, sampai di kota besar bernama Shinemwan. Youxi pergi ke Shimenxian untuk menemui temannya. Namun Hudson tidak ingin ikut. Setelah beberapa hari mereka berpisah, Hudson memutuskan untuk menemui Youxi, dan mendapati bahwa barang-barangnya pun tidak ada. Hudson mengutus orang ke Shimenxian untuk mencari keterangan. Bahkan sempat terpikirkan oleh Hudson untuk membawa persoalan ini ke petugas hukum, namun tidak jadi. Akhirnya ia mengirim surat kepada Youxi tentang apa yang ia pikirkan tentang Youxi.
165-168     Tepat ketika Hudson hendak berlayar ke arah selatan ke Shantou lagi, tiba surat dari William Burns. Ia menulis bahwa ia bersama dua rekan Tionghoa, telah ditangkap dan dipenjarakan. Hudson dianjurkan agar jangan kembali ke Shantou untuk sementara waktu. Hudson, Jones dan anaknya memutuskan untuk kembali ke Ningbo. Mereka berangkat dalam satu jung bersama seorang pemuda Tionghoa bernama Peter, belum masuk agama Kristen. Peter bertemu dengan Parker di Inggris dan dipekerjakan sebagai pelayan dan guru dalam perjalanan ke Tiongkok. Dari kamarnya, Hudson mendengar jeritan dan suara kecebur. Peter kecebur ke dalam kanal dengan kepala lebih dahulu. Para awak jung tak bisa membantu. Dengan cepat Hudson menurunkan layar lalu terjun ke dalam air. Kemudian ia melihat sebuah perahu nelayan yang mempunyai jala dan galah kaitan. Para nelayan itu dengan santai mendekat dan menurunkan jala. Peter tertolong. Usaha untuk menyelamatkan Peter gagal. Ia meninggal. Hudson kemudian menulis “Kejadian ini sangat menyedihkan dan penuh arti penting, mengacu kepada kenyataan yang jauh lebih menyedihkan. Bukankah nelayan-nelayan itu sesungguhnya bersalah atas kematian Peter, karena mereka memiliki alat-alat penyelamatan yang diperlukan tetapi tidak menggunakannya? Jelas mereka bersalah. Namun, mari kita berhenti sejenak sebelum menghukum mereka, agar jangan lebih berat daripada jawaban nabi Natan kepada raja Daud.”.
169-176     Memasuki Ningbo dari Gerbang Garam di Timur, mengikuti jalan-jalan besar lewat pagoda kuno, menyeberangi kanal melalui jembatan baru yang kasar, memasuki jalan kecil menuju Danau Mataharia dan Danau Bulan, dan melewati kuil Konfusius yang besar. Secara tradisional, hubungan antara rakyat Ningbo dengan orang-orang asing baik. Tapi banyak di antara penguasa yang datang dari bagian-bagian lain negeri Tiongkok, tidak mempunyai banyak waktu untuk orang asing; dan banyak orang Kanton bekerja di wilayah Ningbo. Meskipun para misionaris mencela tindakan Inggris, mereka dipandang mempunyai kesalahan yang sama seperti para saudagar asing dan tentara.
217-222     Dalam bulan April ia merasa demikian sakit sehingga ia ragu apakah masih mampu melewati musim panas. Suatu hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa sudah waktunya Hudson meninggalkan Tiongkok, dan bulan Juni mereka memutuskan kembali ke Inggris. Hudson mengajak seorang Kristen Tionghoa ikut mereka ke Inggris. Wang Lae-djun akan membantu keluarga Hudson menerjemahkan lagu-lagu pujian dan buku-buku agama Kristen ke dalam bahasa Tionghoa yang dipakai masyarakat biasa, juga memperbaiki Perjanjian Baru Ningbo dan membantu misionaris-misionaris baru mempelajari bahasa itu. Hudson berhasil mendaftarkan mereka di kapal Jubilee, kapal layar cepat yang baru dan indah bentuknya, mempunyai tiga tiang layar yang terpasang persegi. Lae-djun tergugah ketika rombongan kecil berjumlah empat orang itu naik kereta api ke London; ia belum pernah melihat kereta api apalagi menaikinya.
224-225     Juli 1862, Hudson lulus ujian dan akhirnya menjadi anggota penuh dari Royal College of Surgeons, “MRCS, Inggris”. Sekarang ia bisa mencurahkan perhatian sepenuhnya merevisi Perjanjian Baru Ningbo. Kemudian di tahun itu juga ia berhasil lulus ujian kebidanan Royal College of Surgeons, sehingga ia dapat menambahkan gelar “LM(RCS)” di belakang namanya.
226-228     Keluarga Hudson dan Wang Lae-djun melewatkan minggu yang patut dikenang dalam musim panas tahun 1863 sebagai tamu George Muller di Briston. Kini sudah waktunya bagi Lae-djun untuk kembali ke Tiongkok. Sebagai ucapan terimakasih untuk semua yang dilakukan Wang dalam membantu revisi Perjanjian Baru Ningbo, Hudson ingin membuat minggu-minggu terakhir Wang di Inggris segembira mungkin.
229-235     Hudson menyadari bahwa orang Tionghoa hanya mungkin menjadi Kristen jika misionaris-misionaris datang ke sana dalam jumlah besar dan masuk ke daerah pedalaman. Selain itu membujuk dewan lembaga-lembaga misionaris untuk mengirim orang bekerja di sebelas provinsi di daratan Tiongkok yang belum menerima Injil. Menjelang 1864, Hudson mulai berencana kembali ke Tiongkok. Pada awal tahun 1865, Hudson menulis buku kecil yang kemudian mempunyai pengaruh yang sangat besar, “China: Its Spiritual Need and Claims”.
237-245     Tahun 1866 Hudson sudah sembuh total dari sakit yang memaksananya pulang dari Tiongkok. Suatu hari sepucuk surat di rumah Kolonel Puget kepada Hudson tiba. Surat itu membawa kabar baik. Sebuah kapal bernama Lammermuir sedang merapat di Pelabuhan London dan akan berlayar ke Tiongkok segera. Pertolongan yang tepat bagi para misionarisnya dan semua tersedia baginya. Akhirnya Hudson memutuskan untuk pergi kembali ke Tiongkok bersama dengan beberapa misionaris lainnya.
247-250     Senin, 10 September 1866, mereka berada pada jarak beberapa hari pelayaran dari Shanghai. Di dalam perjalanan berlayar pun mereka hampir-hampir mengalami indisen yang hampir merenggut nyawa. Baik dari cuaca, iklim, maupun ombak yang melanda. Rabu malam, mereka menaikkan pandu ke atas kapal dan hari Minggu, satu kapal penyeret menarik mereka ke Shanghai; di sini kapal yang patah dan mendapat pukulan berulang-ulang itu menjadi obyek yang menarik perhatian. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, meskipun banyak di antara penumpang dan kelasi yang cedera, tida ada satu jiwa pun yang melayang dan tidak ada satu tulang pun yang patah.
270+          Juni 1867, Hudson pergi dengan John McCarthy, George Duncan, Tsiu, dan dua orang pelayang menjajagi daerah di sebelah barat daya Hangzhou. Setelah banyak melakukan kegiatan misi, pada suatu waktu Hudson bersama rekannya melihat apa ketimpangan yang terjadi selama ini ketika misi dilakukan. Suasana asing yang diberlakukan atas segala-galanya yang berhubungan dengan agama, sangat banyak menghambat penyebaran kebenaran di antara bangsa Tionghoa. Kita ingin melihat orang-orang Tionghoa beragama Kristen – Kristen sejati, tapi juga sekaligus insan Tionghoa sejati dalam arti kata sebenarnya. Marilah kita dalam segala hal yang bukan dosa menjadi orang Tionghoa, sehingga kita bisa menyelamatkan beberapa di antara mereka. Marilah menerima kostum mereka, mempelajari bahasa mereka, meniru kebiasaan mereka., dan mendekati makanan mereka. Dalam memimpin misi, Hudson menjauhkan diri dari penyusunan daftar ketentuan dan aturan.         
281-289     Waktunya telah tiba untuk mengurangi jumlah misionari CIM yang berpangkalan di Hangzhou dan bergerak lebih jauh ke daerah pedalaman. Di Zhejiang, daerah sebelah selatan kota, sekarang merupakan lahan gerahan bagi sekelompok misionaris dan orang-orang Kristen yang mau bekerja keras. William Berger menghimbau Hudson untuk mengonsolidasikan apa yang sudah dicapai, tapi bagian terbesar dari tim di Tiongkok setuju dengan pandangan tentang perluasan daerah pelayanan. Hudson dengan baik mengutarakan pikirannya dalam suatu puisi. Siapa bicara tentang istirahat? Di surga ada istirahat. Di dunia ini tiada istirahat bagiku. Terus, terus laksanakan urusan Bapaku. Dia mengutus aku ke negeri ini. Menugasi aku memanfaatkan waktuku di bumi. Memerintahkan aku melakukan semua pekerjaanku bagi-Nya. Ia akan memberiku cukup rahmat – waktu untuk bekerja, untuk menderita, bukan untuk istirahat. Di surga ada istirahat.
290-299     Sabtu malam, 22 Agustus: kerumuman massa di luar rumah CIM di Yangzhou bertambah hingga sekitar sepuluh ribu orang. Duncan dan Hudson mengutus beberapa orang menghadap Wali kota, namun tidak ada jawaban. Mereka menutup satu jendela dan berdoa. Mereka tertangkap dan dibawa menghadap wali kota Sun. Hudson marah dan berkata “Penyebab yang sebenarnya dari semua kesulitan ini ialah Anda lalai mengambil tindakan yang tepat ketika masalah masih kecil dan bisa diatasi. Sekarang aku terpaksa mendesak Anda bertindak untuk menghentikan kerusuhan dan menyelamatkan semua keluarga dan sahabat kami yang mungkin masih hidup…” Kemudian wali kota itu berusaha menenangkan massa. Namun ternyata massa sulit untuk ditaklukkan. Satu-satunya harapan agar mereka bisa keluar ialah melompat melalui jendela. Dengan berbagai upaya, akhirnya satu persatu mereka bisa keluar dari zona berbahaya tersebut.
300            Dalam perjalanan mereka ke Zhenjiang, masih di bawah pengawalan pasukan tentara, Hudson dan rekan-rekannya bertemu dengan wakil konsul Inggris, Amerika, dan Prancis yang sedang dalam perjalanan untuk menyelidiki peristiwa itu. Rombangan CIM diterima dengan penuh simpati di Zhenjiang.
311-320     Sepanjang musim panas tahun 1869 daya juang Hudson merosot. Sifat lekas marah merupakan “kegagalannya tiap jam saban hari”, dan kadang-kadang ia bahkan bertanya-tanya apakah orang yang begitu dirundung kegagalan layak menjadi Kristen. Ia berdoa, bergumul, berpuasa, mencoba berbuat lebih baik, dan mengambil keputusan. Iman, sekarang kulihat, adalah ‘hakikat dari hal-hal yang diharapkan’, bukan bayangan. Iman tidak kurang dari pemandangan, tapi lebih.
340-349     Hudson ingin CIM mempunyai seorang administrator di Tiongkok yang bisa membuatnya bebas untuk pekerjaan merintis, penginjilan, dan mendirikan gereja. Di Ninghai pekerja-pekerja Tionghoa mulai menuntut kenaikan upah bagi peran serta mereka dalam pelayanan Kristen. Menjelang akhir suatu perjalanan yang sangat meletihkan mengunjungi perwakilan-perwakilan CIM pada Oktober 1873, Hudson menempuh perjalanan kembali ke Taizhou, ingin bertemu dengan Jennie. Tujuh tahun telah berlalu sejak tersiar berita-berita buruk tentang CIM yang menyusuli kerusuhan Yangzhou dan pada tahun 1875 misi itu kembali memperoleh nama harum. Kabar baik dan publisitas yang lebih baik itu merupakan obat bagi Hudson dan ia kian sembuh.
350+          Taylor tiba di Shanghai akhir Oktober. Ia pergi ke Zhenjiang dan terserang penyakit disentri – penyakit yang sering kambuh selama hidupnya. Tapi berita tentang penandatangan Konvensi Chefoo pada 14 September 1876, seminggu setelah ia meninggalkan Inggris, membuat hatinya gembira menghadapi masa depan. Orang-orang asing kini dijamin aman melakukan perjalanan di seluruh Tiongkok. Dan setelah ini menjadi suatu batu loncatan bagi misi dilakukan di Tiongkok.
373-381     Juli 1881, ibu Hudson meninggal, dan bulan Agustus ibu Jennie meninggal. Jennie terpaksa pulang untuk urusan keluarga. Sementara dalam perjalanan, ayah Hudson pun meninggal. Pada tahun yang sama juga CIM sudah mempunyai 96 orang misionaris yang bekerja dengan kira-kira seratus orang rekan Tionghoa di tujuh puluh pos, dan bertanggung jawab untuk memberi makan lebih dari serratus anak-anak Tionghoa di sekolah-sekolah misi. Keuangan di bulan-bulan akhir tahun 1882 sekadar cukup untuk menutup keperluan-keperluan mendesak CIM. Selama tahun 1883 dua puluh orang misionaris baru berangkat ke Tiongkok dan dalam tahun 1884 jumlah ini meningkat menjadi empat puluh enam.
395-396     Di dalam sebuah Buku Pengaturan, atau “buku abu-abu mini”, ia menuliskan “Prinsip pemerintahan saleh adalah yang paling penting, karena prinsip itu mempengaruhi kita semua sama rata. Prinsip itu adalah – berusaha membantu, bukan menguasai; menjauhkan dari jalan yang sesat dan menuntun ke jalan yang benar, demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan yang diperintah, bukan untuk kepuasan yang memerintah.
417+          Para misionaris adalah pasukan garis depan bangsa-bangsa barat dalam rencana mereka menguasai Tiongkok; mereka menggunakan kekuatan mistik untuk menghancurkan kekuatan Tiongkok. Tuduhan-tuduhan ini dilontarkan dalam serangkaian selebaran yang diedarkan atas dorongan seorang pembesar di Changsha, ibu kota provinsi Hunan yang anti asing. Sebagai hasilnya, kerusuhan-kerusuhan timbul selama tahun 1891 di sepanjang Lembah Yangzi. Pemerintah-pemerintah asing mengirimkan kapal-kapal meriam untuk melindungi warga mereka dan mendesak agar pemerintah kerajaan memerintahkan pembesar-pembesar provinsi untuk melindungi para misionaris.
 482-491    Pada musim panas tahun 1901 Hudson sudah cukup kuat untuk mengadakan perjalanan kea rah barat, ke Lembah Chamonix di kaki Mont Blanc. Malang, karena tergelincir menginjak daun cemara ketika sedang berjalan-jalan di hutan, penyakitnya yang lama, yakni sakit pada tulang belakangnya, kambuh. Pada bulan Juli 1903, Hudson mengetahui bahwa Jennie, sekarang berumur 60 tahun, menderita penyakit tumor. Dengan tibanya musim semi tahun 1904, Jennie makin lemah dan mereka kembali ke Chevalleyres; di sini mereka bergembira mendengar berita tentang meningkatnya jumlah pertobatan di Tiongkok. Jennie, kini sangat kurus, dan Hudson yang masih lemah, dengan gembira duduk-duduk tenang di beranda sambil mengamati burung-burung yang hinggap. Pada tanggal 29 Juli Jennie meninggal dunia. Hudson meninggal dunia ketika ia sedang bersama oleh Geraldine. Menurut kesaksian Geraldine, sahabat Tionghoa itu mirip seorang anak yang sedang tidur dengan tenang.
Tanggapan:
Menurut Pelapor, kisah hidup salah seorang misionaris ini sangat luar biasa. Bahkan dari sebelum ia lahir, banyak kisah hidup yang dapat diingat sebagai sebuah sejarah. Panggilannya untuk melayani Tuhan tidak setengah-setengah. Ia memulai pelayanannya dengan sebuah tekad yang hebat. Di dalam perjalanan pelayannnya banyak hal-hal dan kesulitan-kesulitan hidup yang harus ia jalani. Namun iman percayanya kepada Tuhan sungguh luar biasa. Panggilannya begitu kuat sehingga itu mengalahkan segala tantangan yang harus ia hadapi.
Usaha-usaha misinya pun tidak sia-sia. Sekalipun tidak selalu berjalan mulus, tetapi pada akhirnya menghasilkan suatu buah yang indah. Ia berhasil mendirikan China Inland Mission. Ia adalah tokoh misionaris yang patut diteladani. Bukan hanya sikap hidupnya, tetapi juga pemikiran-pemikiran yang melandasinya di dalam melaksanakan pekabaran Injil. Namun yang paling penting ialah, Hudson menerima banyak dukungan, cinta dan perhatian dari orang-orang terkasih baik keluarga, isteri maupun sahabat dan rekan-rekannya. Dan menurut Pelapor, ini adalah salah satu hal yang sangat dibutuhkan untuk menguatkan dan memberi semangat dalam melaksanakan panggilan-Nya yang mulia itu.